Keterbatasan Lahan Jadi Alasan Pemerintah Impor Kedelai
INDEF menyebutkan ada beberapa alasan pasokan kedelai di Indonesia selalu kurang dan mengakibatkan impor terus dibuka.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyebutkan ada beberapa alasan pasokan kedelai di Indonesia selalu kurang dan mengakibatkan impor terus dibuka.
Enny Sri Hartati, Peneliti INDEF, mengatakan alasan pertama karena luas wilayah dalam mengembangkan kedelai masih minim dibandingkan negara lain.
Dari data litbang Kadin Indonesia pada 2013, Indonesia hanya mampu memproduksi kedelai 1,3 ton per hektare. Angka ini memang relatif lebih rendah dibandingkan produksi di Amerika Serikat yang mencapai 2,7 ton per hektare.
"Berdasarkan uji coba produktivitas kedelai di daerah, kalau sungguh-sungguh dikembangkan sebenarnya produktivitas kedelai kita jauh lebih besar dari AS, bisa lebih dari 3 ton per hektare," ujar Enny, Selasa (10/9/2013).
Tidak hanya itu, Enny mengatakan tidak adanya kebijakan yang fokus untuk meningkatkan produksi dalam negeri, merupakan kebijakan yang tidak sinkron bagi para petani dalam negeri, sebab kebijakan tersebut justru membuka keran impor di saat para petani memanen hasil tanamnya.
"Jadi inkonsistensi kebijakan ini yang akhirnya menyebabkan tidak ada insentif bagi petani, Jadi petani membiarkan lahannya menganggur," ungkap Enny.
Selain itu, jika persoalan lahan menjadi kendala, Enny menyebutkan seperti di Pulau Jawa terdapat berhektare-hektare luas lahan petani yang sengaja dibiarkan menganggur. Kesengajaan tersebut lantaran tidak adanya insentif bagi para petani untuk mendayagunakan lahan-lahannya.
"Misal musim kemarau, karena irigasi tidak memadai, dan hasil produksi tidak menentu, dan harga jatuh saat musim panen, ini yang sebabkan petani kedelai tidak punya insentif untuk menanam," ungkap Enny.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.