Strategi BTN Tekan NPL Menjadi 3,1%
BTN Tbk akan menekan tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) akhir tahun ini menjadi 3,1%
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk akan menekan tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) akhir tahun ini menjadi 3,1% atau turun jika dibandingkan NPL Juni 2013 sebesar 4,63%.
Direktur Keuangan BTN Saut Pardede bilang, salah satu strategi menekan tingginya NPL adalah dengan memberikan kesempatan kepada nasabah melakukan penjadwalan ulang pembayaran kredit.
Menurut Saut, kredit bermasalah tetap bernilai penting bagi BTN. Sebab, 86% dari total kredit sebesar Rp 92 triliun berupa rumah dan tanah. Nah, setiap tahun, harga tanah maupun rumah selalu naik sehingga perseroan tetap mendapat untung dari hasil penjualan aset bermasalah.
"Rata-rata nilai jual (aset bermasalah) sekitar 130% dari nilai hutang," kata Saut di Jakarta, akhir pekan lalu. Selain NPL, pada portofolio kredit perumahan, BTN juga mencatat kenaikan NPL di Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Berdasarkan data Komite KUR, BTN mencatat tingkat NPL mencapai 12,4% dari outstanding sebanyak Rp 2,1 triliun per Agustus 2013. Padahal, per Januari 2013, tingkat NPL KUR perseroan tercatat 7,1% dari outstanding Rp 1,9 triliun.
Tingginya NPL pada kredit KUR, membuat BTN lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Bank memperketat verifikasi jumlah plafon dan kegiatan usaha calon debitur. Cara ini diharapkan bisa melakukan mitigasi kredit bermasalah, sehingga bisa diberikan secara tepat jumlah dan tepat sasaran.
"Kami tidak ingin NPL tinggi meskipun ada jaminan dari pemerintah," jelas Saut. Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan, kenaikan bunga cenderung mendorong kenaikan NPL. Apalagi, kenaikan bunga dilakukan saat ekonomi berjalan melambat.
"Dari hasil stress test, semua bank baik besar, menengah, dan kecil mengalami kenaikan tapi sedikit sekali," katanya. Ia menambahkan, kenaikan NPL tidak melampaui 10 basis point.
Menurut Halim, kenaikan NPL didominasi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). BI tetap akan mewaspadai kenaikan NPL di segmen UMKM akibat perlambatan di beberapa sektor seperti komoditas yang terpukul karena penurunan harga.(KONTAN/ Dea Chadiza Syafina)