Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Berdampak ke Inflasi
Gubernur Bank Indonesia mengatakan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak kepada inflasi.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia mengatakan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak kepada inflasi.
Bank Indonesia (BI) mengakui apabila harga BBM bersubsidi dinaikkan tahun ini, bank sentral belum memperhitungkannya ke dalam target capaian inflasi tahun 2014.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengungkapkan, bank sentral akan mewaspadai dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM. Sebab, harga BBM masuk ke dalam kelompok administered prices.
"Pertanyaan terkait BBM, kita akan terus mewaspadai kalau seandainya ada kebijakan terkait administered prices karena ada BBM. Target kita tidak memperhitungkan administered prices di tahun 2014," kata Agus di kantornya, Jumat (29/8/2014).
Agus menjelaskan, bank sentral menargetkan capaian inflasi tahun 2014 pada posisi 4,5 plus minus 1 persen. Akan tetapi, kebijakan terkait fiskal yang diambil pemerintah, menurut dia, akan memberikan dampak kepada inflasi.
"Kita tahu Indonesia sedang ada tantangan di fiskal. Kalau ada kebijakan untuk penyehatan fiskal pasti berdampak pada ekonomi dan inflasi. Kalau seandainya perubahan administered prices, seperti penyesuaian listrik ada yang untuk konsumen dan produsen serta elpiji juga akan disesuaikan, itu semua sudah kita monitor," kata Agus.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu menyatakan tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Keputusan ini mempertimbangkan masyarakat yang telah sebelumnya merasakan kenaikan tarif listrik dan gas.
Di sisi lain, calon presiden terpilih Joko Widodo mengungkapkan niatnya untuk menaikkan harga BBM pada November mendatang, sesaat setelah dirinya resmi menjabat RI 1 pada 20 Oktober 2014.