Pedagang Janur Raup Berkah dari Musim Nikah
Bulan Dzulhijjah atau bulan haji kerap disebut musim nikah karena banyaknya warga yang memilih melangsungkan pernikahan di bulan tersebut
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bulan Dzulhijjah atau bulan haji kerap disebut musim nikah karena banyaknya warga yang memilih melangsungkan pernikahan di bulan tersebut. Memasuki musim nikah ini, para pedagang janur kuning mulai kebanjiran order.
Surya Firdaus, pedagang janur kuning dari Citayam, Tajur Halang, Bogor mengaku, penjualan janur kuning mulai meningkat sejak dua bulan terakhir. "Tepatnya sejak akhir Agustus hingga saat ini, pesanan sudah mulai meningkat," kata pria berusia 38 tahun ini.
Menurut pengalamannya setiap tahun, menjelang bulan haji hingga setelahnya, banyak pasangan yang melangsungkan pernikahan. Lantaran sudah paham betul siklusnya, Surya sendiri sudah mengantisipasi dengan menyiapkan bahan baku dalam jumlah banyak.
Kebetulan, di daerahnya Citayam, masih banyak pohon kelapa yang diambil janurnya. Dengan begitu, ia tidak perlu jauh-jauh mencari pasokan bahan baku. Bila tidak sedang musim nikah, paling ia hanya mendapat pesanan sebanyak satu hingga tiga janur dalam seminggu. Namun sekarang, pesanan meningkat hingga dua kalinya.
Dalam seminggu ia bisa mendapat pesanan sebanyak enam janur. Jika sedang ramai seperti sekarang, ia membatasi hanya pesanan dari tiga tempat atau lokasi yang sama, sehingga tidak sulit mengantarkannya. Jika ada yang mau pesan lagi, ia harus rela menunggu giliran di minggu berikutnya.
Hingga saat ini, ia sudah mendapat daftar pelanggan hingga akhir Oktober. Ia memprediksi, pesanan akan banyak hingga Desember. Harga janur bikinannya dibanderol Rp 300.000 untuk ukuran besar. Sedangkan ukuran kecil dihargai Rp 85.000. Harga tersebut sudah termasuk ongkos kirim.
Namun, khusus pemesan yang tinggal di Jakarta Utara dikenakan tambahan ongkos kirim sebesar Rp 50.000. Dalam sebulan, Surya mengaku bisa mengantongi omzet hingga Rp 4 juta, dengan laba bersih 45 persen. "Saya tidak perlu membeli bahan baku," katanya.
Surya memasarkan janur kuningnya di sekitar Jabodetabek. Di tempat asalnya, Kelurahan Citayam, janur kuning tidak laku karena warga yang ingin hajatan bisa membuatnya sendiri.
Pemain lainnya adalah Najla Amanda Putri, pemilik Najla Flower Shop di Slipi, Jakarta Barat. Najla Flower sudah berkecimpung di bisnis ini sejak setahun terakhir. Selain janur kuning, ia juga menjual buket bunga untuk sang pengantin wanita, bunga ucapan selamat, dan standing flower.
Meski produk utamanya bukan janur kuning, ia juga merasakan hal yang sama. Ia bilang, pemesanan janur selama bulan September meningkat. Untuk mengantisipasi tingginya permintaan, ia mulai menyetok bahan baku dalam jumlah banyak.
Untuk satu set janur kuning dihargainya Rp 350.000. Sedangkan buket bunga Rp 400.000–Rp 800.000. Dalam sebulan, total omzet yang didapatnya mencapai Rp 10 juta.(Rani Nossar)