Direktur Bursa : Kenaikan Harga BBM Bisa Memperbaiki Perekonomian Indonesia
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter, membawa sentimen positif ke pasar modal Indonesia.
Sebab, pelaku pasar melihat perekonomian dalam negeri akan membaik pasca pengurangan dana subsidi BBM untuk dialihkan ke sektor produktif.
"Kenaikan harga BBM berikan harapan kepada investor akan ada perbaikan ekonomi kita ke depannya," kata Direktur Perdagangan Dan Pengaturan Anggota Samsul Hidayat di gedung BEI, Jakarta, Rabu (19/11/2014).
Dengan dialihkannya dana subsidi BBM ke sektor produktif seperti sektor infrastruktur, kata Samsul, maka nantinya akan berimbas positif terhadap ekonomi. Di sisi lain, kenaikan harga BBM dapat mengatasai defisit perdagangan.
Sementara, dampak akibat kenaikan harga BBM, Samsul melihat hanya akan bersifat sementara antara empat sampai enam bulan saja, setelah itu akan normal kembali.
"Memang ada inflasi ke depan mengingat harga bahan pokok naik sehabis kenaikan harga BBm, tapi ini tidak jangka panjang," ucapnya.
Diketahui, Senin (17/11/2014) malam, pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM melalui penerbitan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 34 Tahun 2014 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Bahan Bakar Jenis Tertentu.
Harga premium Rp 2.000, dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter. Kenaikan yang sama juga diterapkan pada solar, yang melonjak dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Harga jual tersebut mulai berlaku sejak Selasa (18/11/2014).