Pengamat: Pelemahan Rupiah Masih Kategori Wajar
Cholis Baidowi menilai pelemahan mata uang terhadap dollar Amerika Serikat (AS) bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di negara lainnya.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Investment Officer PT CIMB Principal Asset Management, Cholis Baidowi menilai pelemahan mata uang terhadap dollar Amerika Serikat (AS) bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di negara lainnya.
"Jadi enggak usah khawatir, mata uang negara lain juga melemah. Jadi rupiah di Rp 12.000 sampai Rp 12.500 per dollar AS itu masih bisa diterima," kata Cholis, Jakarta, akhir pekan ini.
Tercatat, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada hari kemarin, Jumat (12/12/2014) melemah di posisi Rp 12.432, padahal pada hari sebelumnya masih di level Rp 12.336 per dolar AS.
Cholis menilai, pelemahan rupiah terhadap dollar AS akibat perekonomian negeri Paman Sam mengalami perbaikan. Pemerintah di sana, mampu meningkatkan jumlah pekerja hingga lima persen. Atas dasar tersebut, maka dollar AS menguat dan berimbas pelemahan mata uang negara lain.
"Kita (rupiah) tidak termasuk yang dalam pelemahannya. Malaysia, Cina juga melemah. Tapi paling dalam itu India pelemahannya," ujar Cholis.
Lebih jauh dia mengatakan, ke depan penguatan rupiah akan terjadi seiring dengan kebijakan pemerintah yang berani menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini, akan membuat kegiatan impor BBM berkurang. Dirinya memprediksi, penguatan rupiah akan berada pada angka Rp 11.500 per dollar AS.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Aviliani mengungkapkan, rupiah pada kisaran Rp 12.000-an per dollar AS merupakan level yang normal. Angka tersebut, sudah mencerminkan fundamental perekonomian yang masih terbilang positif.
"Kalaupun rupiah Rp 12.700 itu karena fluktuasi nilai tukar yang tidak menentu. Kalau sudah Rp 13.000 per dollar AS baru perlu di waspadai," ujar Aviliani.