Erajaya Siap Bertarung di Pasar Dunia Maya
Di tahun ini, PT Erajaya Tbk (ERAA) berencana mengembangkan bisnis online melalui situs erafone.com.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Di tahun ini, PT Erajaya Tbk (ERAA) berencana mengembangkan bisnis online melalui situs erafone.com. Manajemen ingin agar bisnisnya lebih inovatif dan menyuguhkan alternatif lapak belanja yang lebih mudah bagi konsumen.
Sejatinya, ERAA telah meluncurkan platform e-commerce itu sejak tahun lalu, akan tetapi lini bisnis ini belum banyak disentuh. Dus, ERAA berniat relaunching dan rebranding erafone.com pada tahun ini.
Matthew Wibowo, analis Mandiri Sekuritas, menilai, langkah ERAA cukup bagus. Tapi kontribusi platform itu masih rendah terhadap pendapatan perusahaan. Hal itu lantaran belanja di ritel masih menjadi pilihan masyarakat ketimbang online. "Kecuali jika di online ada promo tertentu, itu menjadi daya tarik," kata Matthew ke KONTAN.
Meski demikian, dia yakin, kontribusi bisnis e-commerce ERAA akan naik ketimbang 2014. Menurut Matthew, layanan e-commerce masih berkontribusi sangat kecil, yakni 5%. Alhasil, ERAA tahun ini masih mengandalkan sektor ritel.
Apalagi, ERAA masih berencana menambah gerai baru. ERAA setidaknya akan membuka sekitar 50-60 gerai baru pada 2015. "Jumlah tersebut sudah termasuk gerai iBox," kata Matthew.
Analis Credit Suisse Ella Nusantoro dalam riset pada 24 Februari 2015 juga menulis, ERAA masih fokus pada bisnis ritel. Bahkan dia memprediksi kontribusi ritel naik menjadi 45% di 2015 dari saat ini sebesar 38%.
Tantangan ERAA
Selain itu, Ella melihat, bisnis ERAA tahun lalu tertekan lantaran pasokan barang berlebih, terutama produk Samsung. ERAA mengalami oversupply produk Samsung di Indonesia hingga menekan margin. Tahun lalu Samsung meminta distributor, termasuk ERAA, mengambil lebih banyak persediaan.
Analis Buana Capital, Marisa Wijayanto, menilai, permasalahan di tahun lalu itu masih berlanjut di tahun ini. Dia mencatat di kuartal tiga tahun lalu pasokan barang ERAA sekitar 56 hari.
Jumlah itu turun dibandingkan kuartal sebelumnya lantaran persediaan produk Apple menyusut. Di Januari 2015, ERAA akan memasok lagi produk Apple, sehingga persediaan barang diprediksi naik lagi.
Permasalahan oversupply juga dapat menggerus margin ERAA. Emiten ini harus perang harga agar menjadi yang termurah untuk menormalkan kembali pasokan.
Para analis berharap ERAA bisa bernegosiasi dengan Samsung untuk mengurangi pasokan barang. Dengan pasokan yang banyak, ERAA harus mengeluarkan modal kerja lebih tinggi.
Padahal, ERAA harus membiayai modal kerja dengan pinjaman bank sehingga mengalami tekanan bunga.
Menurut Ella, ERAA bisa mengerek margin dengan mengandalkan merek lain seperti Asus, Acer, Xiaomi dan Lenovo. "Sejumlah merek tersebut bisa memberikan margin yang lebih baik," kata dia.
Marisa menduga, pendapatan ERAA di tahun ini senilai Rp 15,46 triliun, naik 21% daripada estimasi tahun lalu. Adapun laba bersihnya diproyeksikan tumbuh 16% menjadi
Rp 295 miliar. Sementara Matthew menduga pendapatan ERAA di 2015 senilai Rp 15,95 triliun, naik 11% dari proyeksi 2014. Sedangkan laba bersihnya tumbuh 41% menjadi
Rp 347 miliar.
Matthew dan Marisa merekomendasikan buy ERAA dengan target harga wajar masing-masing Rp 1.440 dan Rp 1.320 per saham. Sedangkan Ella merekomendasikan neutral di harga Rp 1.100. Harga saham ERAA kemarin di posisi Rp 1.125 per saham.(Sinar Putri S Utami)