Pemerintah Diminta Jujur soal Pelemahan Rupiah
Para pengusaha meminta pemerintah dan Bank Indonesia jujur tentang kondisi rupiah saat ini terhadap dollar Amerika Serikat.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pengusaha meminta pemerintah dan Bank Indonesia jujur tentang kondisi rupiah saat ini terhadap dollar Amerika Serikat.
Pasalnya, porsi impor di dalam negeri masih besar dan pelemahan rupiah mempengaruhi kondisi bisnis.
Menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Natsir Mansyur, dunia usaha saat ini sudah menghitung biaya produksi dengan kurs Rp 13.500 per dollar AS. Dia menilai, fundamental ekonomi Indonesia rapuh lantaran pertumbuhan ekonomi mayoritas ditopang Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) serta perdagangan ekuitas.
"Idealnya pertumbuhan itu ditopang dari program industrialisasi yang baik dan pajak," ujar Natsir Mansur kepada KONTAN,Kamis (12/3).
Dalam catatan Kadin, porsi impor bahan baku untuk industri manufaktur mencapai 75 persen, impor bahan pangan mencapai 65 persen, impor migas 45 persen dari total produksi.
Karena itu, dia minta pemerintah dan bank sentral jujur menyampaikan pada rakyat kondisi sebenarnya yang dihadapi negara. "Jangan infonya ke rakyat baik terus, kalo rontok bagaimana, kelihatan sehat tetapi penyakit dalam banyak (kronis)," beber Natsir Mansyur. Dengan begitu, masyarakat bisa bergerak bersama negara menangani persoalan ekonomi.( Agustinus Beo Da Costa)