Bank Muamalat Indonesia Targetkan Pembiayaan Tumbuh 10 Persen
Hingga akhir 2014 kinerja bisnis BMI tetap tumbuh.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menargetkan pembiayaan pada tahun ini tumbuh 10 % dari total pembiayaan 2014 senilai Rp43,03 triliun.
Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (BMI) Endy Abdurrahman mengatakan, tahun ini perusahaan akan lebih fokus pada pembiayaan sektor usaha kecil menengah (UKM) dan consumer. “Tahun ini kami fokus mengembangkan bisnis mikro. Selain itu, kita juga akan mengembangkan pembiayaan komersial,” kata Endy saat buka puasa bersama sejumlah media di Jakarta (30/6/2015).
Dia mengatakan, tahun ini pihaknya akan lebih meningkatkan komposisi tabungan dari total DPK retail. Menurutnya, upaya ini dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan di kantor-kantor cabang Bank Muamalat di seluruh Indonesia. “Dana pihak ketiga (DPK) kami targetkan tumbuh sebesar Rp 54,35 triliun atau meningkat 6,14% secara year on year (yoy). Pertumbuhan DPK ditekankan pada pertumbuhan dana murah yang akan diakuisisi secara lebih agresif,” papar Endy.
Hingga akhir 2014 kinerja bisnis BMI tetap tumbuh. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan BMI membukukan pertumbuhan aset menjadi Rp 62,41 triliun. Sementara dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 51,21 triliun.
Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio / CAR) mencapai 14,15%, rasio pembiayaan terhadap pendanaan (finance to deposit ratio/ FDR) sebesar 84,14%, dan kredit bermasalah (non performing financing /NPF) sebesar 6,55%.
Diketahui, hingga pertengahan 2015 ini, dampak perlambatan ekonomi global masih sangat terasa di Indonesia. Ekonomi Indonesia dihadapkan pada depresiasi rupiah yang cukup tinggi dan inflasi yang menembus angka 7% pada Mei 2015 dan pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah 5%.
BMI mengestimasi membutuhkan suntikan modal sebesar US$50 juta hingga US$75 juta tahun depan. Menurut direksi, suntikan modal ini akan didapatkan melalui sejumlah opsi pendanaan, antara lain dengan melakukan secondary public offering (SPO). Endy mengatakan perusahaan membutuhkan pendanaan untuk menjaga capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal sebesar 14%.
Menurut Endy, hingga saat ini CAR perusahaan masih terjaga di kisaran 14%. Sementara itu, sepanjang tahun ini, Muamalat telah menurunkan target pembiayaannya menjadi sekitar 10% dibandingkan dengan sebelumnya sebanyak 15%. Perusahaan lebih hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan karena kondisi ekonomi Indonesia melambat.