Pembangunan LRT Rute Cibubur-Dukuh Atas Dimulai 17 Agustus
PT Adhi Karya (Persero) sedang mengejar target pembangunan Light Rapid Transit (LRT)
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) sedang mengejar target pembangunan Light Rapid Transit (LRT), yang akan mulai dibangun bertepatan dengan HUT RI ke-70. Rencananya jalur yang pertama dibangun yaitu rute Cibubur-Dukuh Atas.
"Kami sekarang mau kejar kereta LRT Cibubur-Dukuh Atas. Itu mintanya pemerintah groundbreaking 17 Agustus," ujar Direktur Utama Adhi Karya, Kiswo Darmawan, di kantor Kementerian BUMN, Senin (27/7/2015).
Hal yang dilakukan Adhi Karya saat ini menunggu hasil revisi Peraturan Presiden (Perpres) terkait pembangunan LRT. Selanjutnya, Adhi Karya juga harus mengurus izin ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sampai Kementerian Perhubungan.
"Kita harus kerja keras untuk mengejar izin," ungkap Kiswo.
Revisi Perpres yang dimaksud adalah proyek LRT saat ini akan didukung oleh anggaran APBN. Dalam pelaksanaannya Adhi Karya yang akan mengerjakan pembangunan, selanjutnya pemerintah yang akan membeli dengan harga tiket disubsidi dari pemerintah.
"Sekarang kan, proyek LRT akan dibeli pemerintah," kata Kiswo.
Kiswo memaparkan proyek LRT Cibubur-Dukuh Atas butuh dana Rp 7 triliun. Mengenai pendanaan, perseroan sudah mendapat sebagian bantuan dari Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Terus kita juga didukung dari Bank Mandiri," papar Kiswo.
Kiswo memaparkan target selesai pembangunan untuk tahap satu sebelum MRT Jakarta beroperasi. Sedangkan target keseluruhan untuk jaringan sampai Grogol dan Bogor selesai sebelum kabinet kerja selama satu periode ini selesai.
"Target selesai sebelum pemerintahan (kabinet kerja) berakhir," ucap Kiswo.
Kiswo menambahkan, perseroan sudah mengirim pegawainya yang berkompeten untuk mempelajari cara pembangunan dan pengoperasian LRT ke Singapura dan Tiongkok.
LRT adalah sistem transportasi massal perkotaan berbasis rel yang mirip dengan MRT (mass rapid transit). Namun, sesuai namanya, sistem transportasi ini berdaya angkut lebih kecil ketimbang MRT. Sistem ini banyak digunakan di Kuala Lumpur (Malaysia) dan Singapura.