Rupiah Anjlok, Kontraktor Properti Was-was
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang semakin parah membuat beberapa perusahaan konstruksi ketar-ketir.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang semakin parah membuat beberapa perusahaan konstruksi ketar-ketir.
Nilai tukar mata uang Garuda saat ini dianggap sudah melebihi ekspektasinya saat menyusun rencana kerja awal tahun kemarin. Mereka hanya berharap pemerintah bisa segera bertindak membereskan persoalan ini.
“Ini lampu kuning bagi Wijaya Karya kalau dollar sudah melebihi ekspansi kami dari angka Rp 13.500,” kata Suradi, Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk kepada Kontan, Kamis (13/8/2015).
Apalagi dengan kebijakan transaksi dalam rupiah semakin membuat perusahaan tidak melakukan natural hedging. Perseroan sudah tidak bisa mengantongi pemasukan valas, padahal masih ada sekitar 5%-10% komponen proyek EPP harus dibiayai dalam bentuk dollar. Kata Suradi, saat ini pemasukan perusahaan dalam dollar hanya tersisa dari kontrak lama proyek EPP yang porsinya hanya sekitar 40% saja.
Beruntung, Wijaya Karya masih terselamatkan di tengah naik turunnya rupiah harga bahan baku masih belum mengalami kenaikan. Ia memperkirakan dengan kondisi seperti ini para suppliernya baru akan melakukan penyesuaian harga 1 bulan lagi.
“Harapannya pemerintah bisa mengerm laju kenaikan itu atau setidaknya ada bantuan,” harapnya.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh I Gusti Ngurah Putra, Direktur Utama PT Hutama Karya. Ia mencontohkan pengerjaan ruas tol Medan-Binjai. Menurutnya karena proses konstruksi banyak menggunakan alat berat yang dibiayai dalam bentuk dollar ini semakin menyulitkan perusahaan. Kata dia, perseroan masih menghitung apakah akan terjadi perubahan nilai kontrak atau tidak.
Sementara itu dari sektor swasta PT Total Bangun Persada Tbk mengaku depresiasi rupiah saat ini masih belum berpengaruh bagi kondisi perseroan.
Mahmilan Sugiyo, Sekertaris Perusahaan PT Total Bangun Persada Tbk mengatakan sejumlah proyeknya masih berjalan seperti biasa dan belum ada indikasi ditunda pengerjaannya. Nilai kontrak pun masih belum mengalami perubahan.
“Kebetulan untuk material impor sebagai besar dipasok oleh pemberi kerja,” tutup.
Penulis: RR Putri Werdiningsih