Indonesia Antisipasi Dampak Krisis Ekonomi dan Politik Malaysia
Krisis ekonomi dan politik yang terjadi di Malaysia saat ini patut diantisipasi.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Krisis ekonomi dan politik yang terjadi di Malaysia saat ini patut diantisipasi.
Ketua Staf Ahli Wakli Presiden, Sofjan Wanandi, menyebut Indonesia sangat mungkin terdampak dari krisis tersebut.
Jika itu terjadi maka akan sangat merugikan, di tengah perekonomian Indonesia yang tengah lesu.
Sofjan Wanandi kepada wartawan di Kantor Walil Presiden RI Jusuf Kalla, Jakarta Pusat, Jumat (21/8/2015), menyebutkan bahwa posisi Indonesia yang bertetangga dengan Malaysia dan kerjasama ekonomi antara kedua negara, memungkinkan Indonesia ikut dirugikan oleh krisis Malaysia.
"Kita harus waspada sekali, bangun kekompakan semua menteri-menteri betul-betul harus dilakukan. Karena Malaysia ini teman serumpun kita, dekat sekali," katanya.
Malaysia saat ini ikut terdampak dari menguatnya dollar Amerika Serikat (AS), dan devaluasi Yuan China. Dihitung sejak awal tahun hingga Agustus (year to date), ringgit turun sekitar 18,03 persen. Kondisi ini juga diikuti dengan rontoknya bursa saham Malaysia 15,07 persen.
Selain itu megaskandal yang melibatkan Perdana Menteri Malaysia Nazib Razak dan memicu aksi pada 30 Agustus mendatang, juga mengancam Malaysia untuk jauh lebih terpuruk.
Kata Sofjan, Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah membahas soal krisis tersebut dalam rapat yang dihadiri Menteri Kordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menopolhukam), Luhut Binsar Panjaitan, di kantor Wakil Presiden.
Salah satu langkah antisipatif untuk menghadapi krisis Malaysia, adalah dengan menjaga pasar dalam negeri, menjaga segala kebutuhan masyarakat terpenuhi dan daya beli masyarakat tetap tinggi.
Selain itu pemerintah juga harus kompak, sehingga program program pemerintah dapat berjalan dengan baik. Kata Sofjan Wanandi, tidak boleh lagi ada ribut-ribut di kabinet.
"Jangan ribut ribut lagi, yang terjadi beberapa hari ini ya sudahlah, jadi pengalaman saja," tandasnya.