Iklim Investasi Tak Pasti, Multi Bintang Tahan Ekspansi Pabrik Bir
PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) terpaksa menahan geliat ekspansinya
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) terpaksa menahan geliat ekspansinya. Produsen minuman beralkohol dengan merek Bintang dan Heineken ini menghentikan pembangunan pabrik alkoholnya di Sampang Agung, Mojokerto, Jawa Timur.
"Kami memutuskan menghentikan investasi besar. Keadaannya tidak pasti untuk kami berinvestasi," ucap Maarten Hoedemaker, Direktur Keuangan MLBI kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, tadinya MLBI berencana menggelontorkan investasi € 40 juta -50 juta di Indonesia. Tahun lalu, MLBI melihat peluang untuk meningkatkan kapasitas pabrik alkohol di Sampang Agung. Namun MLBI menghentikan investasinya karena muncul Peraturan Menteri Perdagangan No.06/M-DAG/PER/1/2015. Aturan ini melarang minimarket menjual minuman beralkohol mulai 16 April lalu.
Akibat munculnya aturan ini, penyerapan belanja modal atau capital expenditure (capex) MLBI pada semester pertama hanya mengalir untuk pemeliharaan pabrik dan kemasan produk. Sampai semester pertama, arus kas MLBI yang keluar untuk investasi hanya Rp 32,27 miliar. Sedangkan di periode yang sama tahun lalu, MLBI menggelontorkan arus kas untuk investasi senilai Rp 300,33 miliar.
Adapun saat ini, MLBI memiliki dua pabrik minuman beralkohol di Tangerang dan Sampang Agung. MLBI juga mempunyai satu pabrik minuman non-alkohol. Maarten bilang, MLBI berinvestasi sekitar € 10 juta untuk pabrik minuman dengan merek Green Sands dan Bintang Zero.
Tahun lalu, MLBI membangun pabrik dengan kapasitas 500.000 hektoliter per tahun, di Sampang Agung. MLBI akan mendiversifikasi portofolio bisnis dengan menggenjot inovasi. Menurut dia, inovasi ini dapat berupa jenis atau merek dagang baru. Pada semester pertama, minuman non-alkohol menyumbang 10 persen terhadap pendapatan MLBI. Lalu dengan inovasi di minuman non-alkohol, ia memperkirakan porsi pendapatannya dapat berubah.
MLBI mengantongi laba Rp 179,56 miliar pada semester pertama, melorot 48,43 persen dibandingkan Rp 348,21 miliar di semester pertama tahun lalu. Sementara pendapatan emiten minuman ini turun 20,89 persen dari Rp 1,34 triliun menjadi Rp 1,06 triliun.
Juli lalu, MLBI memperoleh pinjaman Rp 500 miliar dari pihak berelasi, Mouterij Albert N.V. Marteen mengatakan, pinjaman ini digunakan untuk pembiayaan kembali atau refinancing pinjaman jangka pendek Rp 725 miliar dari Citibank dan Bank Rabobank International Indonesia. "Kami mengubah pendanaan eksternal menjadi pendanaan antarperusahaan. Ini lebih murah," pungkas Maarten.(Annisa Aninditya Wibawa)