Peluang Bisnis Roti Bakar Masih Menggiurkan
Beberapa pengusaha kuliner ini menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM - Roti bakar menjadi salah satu pilihan kudapan sebagai pengganjal perut yang lapar di sore hari. Ditemani teh hangat, camilan ini telah memiliki penggemar dari berbagai umur dan kelas sosial. Itu sebabnya peminatnya selalu saja ada.
Beberapa pengusaha kuliner ini menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha. Sebut saja seperti Roti Bakar Beverly Hills, Dapoer Roti Bakar dan Roti Bakar 88 yang pernah KONTAN ulas sebelumnya. Pada umumnya, usaha mereka cukup baik meski penambahan mitra tidak signifikan. Kendala utama yakni sulit mencari SDM yang loyal sehingga menyulitkan mengembangkan usaha. Simak ulasan selengkapnya berikut ini:
Roti Bakar Beverly Hills
Usaha ini didirikan oleh Ashari sejak tahun 1994 di Yogyakarta dan mulai menawarkan kemitraan usaha tiga tahun kemudian. Ketika KONTAN mengulas tawaran pada Oktober 2014 Ashari yang menjalankan dua gerai milik sendiri dan mengambil alih satu gerai milik mitra karena melanggar kerjasama. Dengan mengusung konsep kafe, ia menjajakan aneka menu Roti Bakar, jagung Bakar, dan pisang Bakar.
Hingga kini, usahanya terbulang stagnan. Sekarang mitranya baru ada satu dan gerai pusat tetap hanya dua. Dia beralasan, kendala utama menjalankan usaha ini sulitnya merekrut SDM yang loyal dan bisa dipercaya. Untuk mengatasi ini, dirinya akan mencoba memberikan insentif lebih kepada karyawan.
Untuk nilai investasi usaha, saat ini terjadi kenaikan dari Rp 50 juta menjadi Rp 65 juta. Hal ini disebabkan kenaikan harga bahan baku dan juga sejumlah peralatan pendukung. “Harga bahan baku seperti susu kaleng, roti dan mentega naik cukup besar,” keluh Ashari.
Dengan modal investasi sebesar ini, mitra akan mendapatkan kontrak kerjasama selama lima tahun, peralatan memasak, meja dan kursi untuk konsumen, meja kasir, pelatihan karyawan, bahan baku sebanyak 50 porsi dan pendampingan oleh pusat.
Adapun harga menu juga mengalami kenaikan. Harga roti bakar naik dari Rp 7.500 per porsi menjadi Rp 12.000 per porsi. Menu lainnya yakni pisang bakar cokelat naik dari Rp 3.500 per porsi menjadi Rp 5.000−Rp 9.000 per porsi, tergantung varian rasa.
Agar konsumen tidak bosan, Ashari menambah menu baru yakni mi instan kuah plus susu atau dengan tambahan keju serta kornet seharga Rp 6.000−Rp 12.000 per porsi.
Rata-rata satu gerai bisa kedatangan 100−200 pengunjung per hari. Meski gerai kemitraan sulit berkembang, namun omzet usahanya mengalami peningkatan dari Rp 50 juta per bulan menjadi Rp 75 juta per bulan. "Laba bersih sekitar 20%," ujarnya.
Ashari tidak memiliki strategi promosi khusus untuk berpromosi, selain lewat media sosial dan promosi mulut ke mulut. Ke depan, dia berencana membuka gerai di pusat perbelanjaan agar konsumen makin ramai. Dia juga ingin mengusung kedai roti bakar food truck agar lebih fleksibel dan bisa menekan biaya sewa kontrak yang semakin mahal.
Dapoer Roti Bakar
Usaha ini berdiri di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada tahun 2011 lalu, di bawah bendara PD Menara Surya. Pemilik Dapoer Roti Bakar, Dheny Delanto mulai menawarkan kemitraan pada Februari 2014 lalu. Ketika KONTAN mengulas kemitraannya pada 3 Juli 2014 lalu, baru ada dua gerai yang beroperasi, yakni satu milik sendiri di Pasar Minggu dan satu lagi milik mitra di Serpong, Tangerang.
Setahun berselang, kini gerai Dapoer Roti Bakar bertambah menjadi lima unit, rinciannya dua gerai milik sendiri di Pasar Minggu dan Grogol. Sedangkan pertambahan gerai milik mitra ada di Yogyakarta dan Bekasi.