Peluang Bisnis Roti Bakar Masih Menggiurkan
Beberapa pengusaha kuliner ini menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha.
Editor: Hasanudin Aco
Putri Meriska, Business Development Dapoer Roti Bakar menyampaikan, sebetulnya pada saat awal menawarkan kemitraan usaha, target pertambahan selama setahun harusnya ada 10 gerai. Namun, manajemen banyak menolak beberapa aplikan yang berminat karena mereka dianggap kurang serius dalam menjalankan bisnis ini. "Karena kita cukup selektif memilih mitra," kata Putri.
Untuk masalah investasi, Putri mengakui adanya kenaikan karena adanya pengaruh kenaikan dollar AS dan meningkatnya harga bahan baku. Sebelumnya paket investasi di harga Rp 175 juta, sekarang menjadi Rp 220 juta. Nilai itu juga belum termasuk sewa tempat dan bahan baku awal.
Harga jual ke konsumen juga mengalami kenaikan, dari kisaran Rp 8.000−15.000 per porsi sekarang menjadi Rp 11.000−17.000 per porsi. Ia bilang rata-rata penjualan bisa mencapai Rp 8 juta per hari.
Namun, Putri bilang banyak pelanggan yang sering komplain pelayanan Dapoer Roti Bakar kurang memuaskan karena terlalu lama dalam menyajikan pesanan. "Padahal, kita memfokuskan pada menu yang berkualitas, roti kami tanpa bahan pengawet, selai juga buatan sendiri," kata dia.
Baru-baru ini juga Dapoer Roti Bakar baru saja mengeluarkan varian baru yaitu roti bakar kentang dan roti bakar dengan variasi durian, gandum, dan alpukat. Penambahan menu baru ini untuk menghindari kejenuhan pelanggan dengan produk yang itu-itu saja.
Hingga akhir Desember 2015 ini, ia tetap optimistis bisa menambah gerai menjadi 10 gerai bahkan lebih. Ia juga tidak takut dengan para pesaing baru karena ia mengklaim Dapoer Roti Bakar menyajikan roti bukan hanya dari penampilannya yang menggugah, tapi juga rasanya yang nikmat.
Roti Bakar 88
Usaha roti bakar asal Tangerang, Banten ini sudah berdiri sejak 2002 lalu. Setelah delapan tahun berjalan atau pada 2010, roti bakar milik Irwan Tanusolihin ini resmi menawarkan kemitraan.
KONTAN pernah mengulas kemitraan Roti Bakar 88 pada 2014 lalu. Kala itu, gerainya ada 17 gerai, yakni 10 gerai milik sendiri dan milik mitra sebanyak tujuh gerai.
Saat ini perkembangan usaha cukup baik, ada penambahan gerai sekitar dua gerai menjadi 19 unit. Di antarannya enam gerai milik mitra dan 13 gerai milik induk usaha yang tersebar di Jakarta, Tangerang, dan Serang. Meski jumlah mitra berkurang, namun pusat tetap menambah gerai pribadi.
Irwan beralasan, berkurangnya jumlah mitra usaha karena dia tidak lagi menawarkan kemitraan usaha sejak tahun 2015. Sebab, dia cukup kesulitan untuk mengatur dan mengontrol mitra yang terlalu banyak agar berbisnis sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
Selain itu, dia juga mengalami masalah pada SDM. "Banyak karyawan yang keluar masuk sehingga banyak buang waktu untuk rekrut pegawai baru," keluhnya.
Sebelumnya, dia mengubah sistem franchise menjadi sistem bagi hasil bagi mitra yang bergabung. Sehingga, mitra tetap mengeluarkan dana investasi namun hasil omzet atau pendapatan dibagi dengan pusat. Dengan sistem baru ini, seluruh karyawan akan disediakan sepenuhnya oleh pusat.
Selain mengubah sistem kerjasama, nilai investasi juga naik dari sebelumnya seharga Rp 50 juta kini telah menjadi Rp 100 juta.