Kisah Manajer Bakrie yang Kini Jadi Raja Konro di Jabotabek
Dari tujuh gerai restorannya, pria yang akrab disapa Ikhsan ini bisa meraup omzet hingga Rp 2 miliar per bulan.
Editor: Hendra Gunawan
"Mau restoran itu ramai atau sepi, kami siap memberikan pelayanan terbaik," imbuh sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kosgoro Jakarta tahun 2007 tersebut.
Lepas jabatan
Pencapaian Ikhsan dalam membesarkan restoran Raja Konro Daeng Naba tak lepas dari keseriusan dan ketekunannya menjalankan usaha kuliner. Ia rela meninggalkan jabatannya sebagai senior manager di PT Bakrie Telecom Tbk untuk fokus mengembangkan usahanya tersebut.
Menjalankan sebuah usaha memang perlu keseriusan dan ketekunan. Hal ini pula yang dilakukan oleh Ikhsan dalam membangun restoran Raja Konro Daeng Naba.
Pria berusia 46 tahun ini berbagi kisahnya dalam merintis usaha Raja Konro Daeng Naba. Ikhsan bercerita, usahanya ini mulai ia rintis pada tahun 1998.
Kala itu, di benak Ikhsan, daripada berdiam diri di rumah setelah pulang kerja, lebih baik mencari kesibukan lain yang bisa menambah penghasilan. Di masa itu, Ikhsan masih tercatat sebagai senior manager di PT Bakrie Telecom Tbk (Btel) sejak 1996.
Dus, Ikhsan memilih usaha kuliner khas Makassar dengan bendera usaha Raja Konro Daeng Naba. Merek kedai ini dipilih Ikhsan karena nama panggilannya di masa kecil adalah Daeng Naba. Nama ini, kata Ikhsan, memiliki makna orang yang mudah akrab dan ramah dengan siapa saja.
Kedai ini pertama kali dibuka Ikhsan di lahan bengkel kendaraan di Makassar. Menu pertama kedainya Makassar Seafood. "Saya membuka kedai pada sore hari setelah bengkel tersebut tutup," kata Ikhsan.
Ikhsan mengaku, pilihannya menjalankan bisnis kuliner karena terinspirasi sosok ibunya yang kerap menyediakan makanan bagi kerabat atau kolega yang berkunjung ke rumahnya.
Kebiasaan sang ibunda, rupanya kerap melibatkan Ikhsan untuk belanja bahan masakan di pasar. Suruhan ini tak pernah ditolaknya. Ia tak merasa terbebani memenuhi perintah sang ibu.
Toh, sikap penurutnya itu, membawa berkah bagi Ikhsan di kemudian hari. Ia merasa Dewi Fortuna selalu menyertainya dalam menjalankan usaha.
"Saya merasa selalu diberkati Tuhan dalam usaha kuliner ini," jelasnya.
Padahal, lanjut Ikhsan, ia sempat mengalami dilema dalam mengembangkan usahanya. Ceritanya, pada tahun 2001, usaha konronya berkembang pesat. Kondisi ini membuat Ikhsan harus lebih fokus mengelola usaha. Di sisi lain, jabatannya sebagai Senior Manager di Bakrie Telecom juga menuntut tanggungjawabnya sebagai pekerja profesional.
Pada akhirnya, Ikhsan memutuskan untuk serius mengelola usahanya dan meninggalkan kariernya di Btel. Keputusannya ini sempat membuat khawatir keluarganya.