Menyuling Laba Dari Minyak Atsiri
Permintaannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari sejumlah minyak atsiri itu, permintaan terbanyak adalah minyak cengkih
Editor: Hendra Gunawan
Khafidz mengatakan, asal pengelolaannya baik, usaha penyulingan minyak atsiri bisa menghasilkan keuntungan hingga 30%. Pengelolaan yang benar itu maksudnya, pengusaha juga bisa menjaga pasokan bahan bakunya. Sebab, bahan baku masih menjadi kendala usaha ini.
Stok bahan baku
Pesan pentingnya, sebelum memutuskan untuk terjun ke bisnis ini, Anda harus memastikan pasokan bahan baku terlebih dulu. Stok bahan baku itu harus tersedia dengan stabil supaya produksi minyak atsiri terus berkelanjutan.
Sebab, yang banyak terjadi, pengusaha baru terpaksa menutup usaha penyulingannya lantaran tidak dapat pasokan bahan baku. Oleh karena itu, sebelum memutuskan membangun pabrik penyulingan, Anda harus melakukan riset daerah-daerah yang berpotensi menghasilkan bahan baku minyak atsiri.
Asal tahu saja, minyak cengkih dihasilkan dari penyulingan daun-daun cengkih kering. Sebab itu, Rahardi bilang, penyulingan minyak cengkih ini biasanya dilakukan saat musim kemarau. “Sebab, daun cengkih kering juga tak bisa disimpan lama. Daun yang tua dan rontok harus segera diolah,” papar
Rahardi.
Sama seperti cengkih, pengolahan daun nilam juga dilakukan dalam kondisi kering. Sementara, penyulingan daun sereh bisa dilakukan dalam kondisi basah.
Kebutuhan daun-daun untuk penyulingan ini sangat besar. Ambil misal, untuk menghasilkan 1 kg minyak cengkih diperlukan 50 kg daun cengkih kering. Sedangkan, 100 kg daun nilam baru menghasilkan 1,5 kg minyak nilam.
Karena kebutuhan yang besar dan pasokan harus stabil itulah, pengusaha minyak atsiri sebaiknya memiliki kebun penanaman sendiri. Alternatif lainnya, Anda bisa menggandeng petani untuk bekerjasama dalam penanaman bahan baku.
Cara inilah yang ditempuh oleh Khafidz sejak tahun lalu untuk menjamin pasokan bahan baku pabriknya. Saat ini, bersama petani binaannya, Khafidz mengolah 135 hektare lahan untuk penanaman nilam.
Rahardi pun mengatakan, pasokan yang stabil menjadi kunci kesuksesan usaha ini. “Namun, banyak yang lebih suka menyuling daripada menanam, karena lebih menguntungkan,” ujar dia. Oleh karena itu, dia menyarankan pengusaha baru sekaligus menanam sendiri nilam, sereh atau bahan baku lainnya.
Lantaran kebutuhan bahan baku yang besar itu, sebaiknya Anda membangun pabrik penyulingan mendekati sumber bahan baku. Langkah ini dilakukan untuk menghemat ongkos transportasi. “Kalau sudah menjadi produk jadi, mudah mengangkutnya,” ujar Rahardi.
Proses penyulingan relatif sederhana. Namun, Khafidz berbisik, ada resep-resep khusus yang menentukan kualitas minyak atsiri. “Itu rahasia kami,” bisiknya.
Kualitas minyak atsiri sendiri ditentukan oleh berbagai hal, mulai dari kemurniannya atau tak adanya kandungan mineral tertentu atau air, kejernihannya, dan juga aroma yang dihasilkan. Namun, lantaran pasarnya yang sangat luas, masing-masing industri juga membutuhkan spesifikasi tertentu. “Untuk industri makanan dibutuhkan tingkat keasaman yang rendah, sementara industri parfum lebih menonjolkan aroma,” terang
Rahardi.
Perangkat untuk menghasilkan minyak atsiri ini pun bisa dibuat sendiri, seperti yang dilakukan Khafidz. Proses penyulingan dilakukan dengan mesin destilasi. Harga mesin sangat beragam, tergantung dari kapasitas produksi yang diinginkan.
Namun, Khafidz berpesan, sebaiknya pemain baru merintis dari mesin kecil, yakni mulai dari mesin dengan kapasitas
50 kg atau 100 kg setiap bulan. “Harga mesin destilasi ini berkisar Rp 50 juta,” kata Khafidz yang kini juga menawarkan jasa pembuatan dan perakitan mesin destilasi.