Bank Telah Antisipasi Kenaikan Suku Bunga The Fed
Naiknya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed) dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen sudah diantisipasi
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sylke Febrina Laucereno
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Naiknya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed) dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen sudah diantisipasi oleh bank-bank di Indonesia.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Achmad Baiquni mengungkapkan pihaknya sudah mempersiapkan langkah antisipasi kenaikan dari Fed Fund Rate. “Semua sudah kami perhitungkan kenaikannya,” kata Baiquni, Jumat (18/12/2015).
Menurut Baiquni meskipun terjadi peningkatan Fed Fund Rate, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) juga sudah diperhitungkan oleh Bank sentral. Dia menambahkan, hingga akhir tahun kredit BNI masih di kisaran 13 persen hingga 14 persen.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan, saat ini kondisi ekonomi Indonesia sudah lebih baik dan lebih stabil jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
“Dengan beberapa lama kita dilatih, kita sekarang tidak terlalu panik dengan kenaikan Fed Fund Rate sudah ada persiapan,” kata Asmawi.
Menurut dia, peningkatan Fed Fund Rate akan berdampak pada perbaikan ekonomi AS.
Mengutip The Huffington Post peningkatan suku bunga pertama kalinya sejak 2006 sudah diperhitungkan dengan kondisi-kondisi ke depan. Kenaikan suku bunga ini memang sudah diprediksi oleh publik, setelah sebelumnya The Fed telah memberi sinyal akan menggerakkan secara bertahap tingkat suku bunganya.
Bank sentral akan mencermati perkembangan pasar keuangan global pascakenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) dan kondisi ekonomi domestik dalam jangka pendek ke depan. Selain itu BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga.
The Fed akan menaikkan suku bunga secara gradual, menurut BI ini perlu diwaspadai karena potensi perbaikan ekonomi di AS akan memberi ruang untuk The Fed untuk menaikan suku bunga lebih cepat. Kenaikan suku bunga selanjutnya lebih mengarah untuk investor pasar obligasi dan ini turut mempengaruhi pasar global.
Sebelum The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga ketidakpastian kenaikan FFR dan depresiasi Yuan turut mempengaruhi nilai tukar rupiah, hingga November 2015, rupiah secara rata-rata melemah 11,05 persen ke level Rp13.351 per dolar AS.
Pelemahan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor eksternal, antara lain, ketidakpastian waktu dan besaran kenaikan suku bunga AS, kekhawatiran negosiasi fiskal Yunani, serta Yuan yang terus terdepresiasi di tengah perekonomian Tiongkok yang masih lemah.
Sementara itu, dari sisi domestik, tekanan terhadap rupiah terkait dengan meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang dan dividen secara musiman, serta kekhawatiran terhadap melambatnya ekonomi domestik.
Namun, pada Oktober dan November 2015 pergerakan rupiah cenderung menguat dan lebih stabil, seiring dengan sentimen positif terhadap akibat hasil Federal Open Market Commitee (FOMC) yang sempat dovish dan membaiknya optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia sejalan dengan rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.