Bisnisnya Tak Lazim, Tapi Dua Pemuda Ini Raup Omzet Rp 10 Juta
Mereka meracik susu bubuk dan memasukkannya ke dalam kantong darah.
Editor: Rendy Sadikin
Yakni vampire blood untuk susu rasa stroberi, Gobin blood untuk susu warna hijau, dan deer santa blood untuk susu cokelat.
Penamaan memang sengaja dibuat unik agar kesannya para penikmatnya merasa seperti meminum macam-macam jenis darah.
Dari semua alat dan bahan, Ardi menyebut kantong darah adalah yang paling fital.
Selain pembeda jenis dengan bisnis minuman susu lain di Kota Malang, kantong itu juga hingga saat ini hanya bisa diimpor dari Tiongkok. Saban bulan, mereka membeli sekitar 300 kantong yang harganya Rp 7000 per lembar itu.
"Kalau di Indonesia, adanya kantong darah asli yang memang dipakai buat darah. Dan itu harganya mahal sekali. Enggak cocok kalau dipakai buat bisnis minuman," ujar Ardi.
"Ide awalnya kita nyontek dari minuman yang dijual di Thailand. Lutfi pertama kali yang mengusulkan. Akhirnya dari informasi teman-teman, saya bisa mendapatkan kantong itu dari Tiongkok."
Karena harus impor, bisnis itu pernah tersendat selama tiga bulan gara-gara aturan pemerintah yang membatasi jenis barang masuk Tanah Air.
Ia bercerita, saat itu telah memesan kantong tersebut.
Namun, kantong tertahan di bea cukai karena aturan tersebut. Saat itu, mereka berdua merasa pesimis bisnis dapat berlanjut.
Akan tetapi, "Untung saja saya mendapat kabar kalau atauran itu berubah. Jadi bisnis bisa berlanjut," tambah Ardi.
Dua remaja itu memasarkan produknya hanya pada jejaring foto Instagram.
Dari seluruh jenis jejaring sosial, mereka menganggap Instagram paling cocok sebagai tempat pemasaran di Kota Malang.
Alasannya, jejaring itu mulai digandrungi oleh para mahasiswa -- target pasar utama mereka. Sementara Facebook dan Twitter, menurut Ardi, kurang menarik.