Sejak Awal Tahun, Rupiah Menguat 5,62 Persen
"China mengurangi reserce requirement-nya, dampaknya ke beberapa negara terjadi penguatan mata uang."
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal tahun terus hingga penutupan perdagangan kemarin telah menguat sekitar 5,62 persen ke level Rp 13.052 per dolar AS.
Tercatat, rupiah pada awal tahun di posisi Rp 13.830 per dolar AS, dimana rupiah mulai terjadi penguatan secara terus menerus menjelang akhir Januari 2016, pada 29 Januari 2016 di level Rp 13.778 per dolar AS.
Pada perdagangan hari ini, rupiah dibuka ke posisi Rp 13.110 dan pada siang hari pelemahan semakin tipis hingga menyentuh level Rp 13.033 per dolar As.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, beberapa mata uang di negara kawasan regional mengalami penguatan terhadap dolar AS setelah otoritas Tiongkok mengurangi giro wajib minimum (reserve requirement).
"China mengurangi reserce requirement-nya, dampaknya ke beberapa negara terjadi penguatan mata uang," ucap Agus beberapa waktu lalu.
Selain faktor eksternal, rupiah menguat juga disebabkan adanya percepatan realisasi belanja fiskal pemerintah dimana selama dua bulan pertama tahun ini sebagian besar disumbang dari pencairan APBN 2016.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, pendorong utama dari kenaikan rupiah pada saat ini yaitu meningkatnya kepercayaan pelaku pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Kepercayaan itu terlihat dari meningkatnya arus modal asing yang masuk ke saham maupun obligasi negara cukup besar sejak Februari 2016.
"Total capital inflow (modal asing masuk) sejak awal tahun sudah mencapai Rp 35 triliun," ucap Rully.
Selama sebulan penuh pada Februari 2016, Bursa Efek Indonesia mencatat asing melakukan aksi beli sebesar Rp 56,95 triliun dan menjual Rp 52,48 triliun, dengan demikian terjadi beli bersih sebesar 4,11 triliun.
Sementara sepanjang periode 29 Februari 2016 hingga 4 Maret 2016, pemodal asing kembali mencatatkan beli bersih di pasar saham senilai Rp 2,26 triliun.
Menurut Rully, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) bakal menunda kenaikan suku bunga acuannya dalam waktu dekat ini.