Raih Omset Miliaran Rupiah dari Bisnis Penangkaran Burung
Agung orangnya lugu dan berpenampilan sederhana.
Editor: Choirul Arifin
"Selama hampir satu tahun saya berada di Bali. Saya jualan di pinggir jalan, bahkan pernah ditegur yang punya tanah. Akhirnya saya disuruh mengontrak. Akhirnya, saya buat gubuk dari bambu, jualan burung dan pakan," katanya tentang bisnis kecil-kecilan yang dijalaninya.
Keping demi keping rupiah pun dikumpulkan oleh Agung hingga akhirnya dia bisa memiliki modal untuk membangun kios di Kota Gianyar.
Bisnis burung miliknya pun terus berkembang, peminat dan pasar burung semakin bagus, hingga akhirnya dia membuka lagi di Teges Kangin, Ubud.
Hingga kini dia membuka kios lagi di Belah Batu dengan nama Usaha Dagang (UD) Maju Lancar.
Ajari Warga
Agung tak ingin berlama- lama di Bali. Begitu tiga kiosnya berjalan dan pengiriman bisa dilakukan dengan cara yang mudah dan modern, dia kembali ke Imogiri.
Dia ingin mempraktekkan hasil belajar menangkarkan burung dari Malang dan Solo.
"Awalnya saya menangkarkan kenari, saat itu, pangsa pasar burung ini cukup baik. Mulai dari tahun 2006, kemudian saya menangkarkan burung puter, perkutut dan parkit. Hasilnya, luar biasa dan sejak itu saya mulai menangkarkan burung dan bukan hanya menjadi penjual saja," kata Agung.
Kini di rumah Agung, beragam jenis burung ditangkarkan dalam kandang-kandang buatan.
Ada pula jenis cucak rowo yang sepasangnya bisa tembus Rp 25 juta dan murai batu yang bisa menembus angka jutaan rupiah.
Bahkan, ada jenis lovebird yang bisa tembus Rp 1 juta per ekor.
Ilmu yang dimiliki Agung pun tidak dipakainya sendiri. Warga di sekitarnya akhirnya mulai belajar dan menangkarkan burung mandiri.
Bahkan, Agung juga yang mempelopori sistem gaduh atau bagi hasil menangkarkan burung. Sistem ini diminati warga dengan modal saling percaya dan membangun usaha bersama.
Saat mengajari warganya menangkarkan burung, Ketua Wukirsari Bird Farm Indonesia ini tak pernah sedikitpun takut jika bisnisnya disaingi oleh warga lain.
Justru sebaliknya, dengan menangkarkan secara komunal, maka hasil yang didapatkan juga bagus.
"Saat ini, saya bisa memenuhi beragam permintaan dari wilayah Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Dengan banyaknya yang menangkarkan, maka justru membantu pemenuhan kebutuhan pasar," ungkap ayah satu anak ini.
Penulis: Agung Ismiyanto l Tribun Jogja