Yahoo Jual Aset Tanah ke Perusahaan China LeEco Senilai Rp 3,3 Triliun
LeEco juga sudah mengantongi izin membangun kantor yang sanggup menampung sekitar 12.000 pegawai di atas lahan tersebut.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA- Yahoo! Inc diketahui menjual tanah seluas 19,6 hektar miliknya di Santa Clara, California ke perusahaan teknologi asal China, LeEco.
Pembelian tersebut mengindikasikan rencana LeEco beroperasi di Amerika Serikat (AS).
LeEco membayar senilai 250 juta dollar AS atau setara dengan Rp 3,3 triliun.
LeEco juga sudah mengantongi izin membangun kantor yang sanggup menampung sekitar 12.000 pegawai di atas lahan tersebut.
Bagi Yahoo, angka tersebut merupakan keuntungan lebih dari dua kali lipat.
Perusahaan internet ini dulu membelinya seharga 106 juta dollar AS atau setara Rp 1,4 triliun pada 2006.
Sedangkan dari sisi LeEco, sebagaimana dilansir KompasTekno dari Bizjournals, Senin (20/6/2016), kesepatakan jual beli di atas menunjukkan betapa besar dan seriusnya rencana ekspansi mereka ke AS.
Selama ini, orang-orang menjuluki LeEco sebagai Netflix dari China. Namun orang-orang baru mengenal perusahaan tersebut baru-baru ini saja.
Sementara itu LeEco sudah mulai mengembangkan bisnis mereka ke ranah lain, yaitu elektronik konsumer serta mobil bertenaga listrik.
Ada juga kabar mereka merupakan penyokong dana untuk startup pembuat mobil elektrik bernama Faraday Future.
Masuknya LeEco ke AS menandai pergerakan pola pikir pada perusahaan China. Menurut analis teknologi Rob Enderle, pergerakan ini mirip dengan yang terjadi di Jepang pada 1970 silam.
“Mereka sadar tidak akan bisa sukses di AS jika tidak secara besar-besaran menunjukkan eksistensinya. Semua dimulai dari Lenovo dan kini merambat ke perusahaan China lainnya yang mulai membeli properti di AS. Semua ini baru awal sebuah cerita saja,” komentar Enderle.
Sekadar diketahui, LeEco memang dikabarkan akan menghadirkan layanan aliran video serta perangkat genggam mereka di AS pada pertengahan tahun ini.
Sumber mengatakan, perusahaan China tersebut sedang melakukan negosiasi dengan para pemegang hak cipta video di AS.
Penulis: Yoga Hastyadi Widiartanto l Sumber: Silicon Valley Business Journal