Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Masih Mahal, Operasi Pasar Daging Pemerintah Dianggap Gagal

Karena terbukti harga daging sapi masih berkisar Rp 135 ribu per kg, bahkan sampai saat ini, jauh dari keinginan Presiden

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Harga Masih Mahal, Operasi Pasar Daging Pemerintah Dianggap Gagal
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pedagang daging sapi melayani pembeli di Pasar Cihaurgeulis, Jalan Surapati, Kota Bandung, Senin (4/7/2016). Memasuki H-2 Lebaran harga daging sapi di berbagai pasar tradisional di Kota Bandung kembali naik dari Rp 110.000 - Rp 120.000 per kg menjadi Rp 120.000 - Rp 130.000 per kg. Meski demikian, itu tidak mempengaruhi daya beli masyarakat menjelang Idul Fitri, seperti di jongko ini pembeli meningkat hingga 50 persen. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kebijakan Operasi Pasar (OP) untuk menurunkan harga daging sapi menjadi Rp 80 ribu /kg bukanlah solusi menyelesaikan masalah harga.

Karena terbukti harga daging sapi masih berkisar Rp 115-135 ribu per kg, bahkan sampai saat ini, jauh dari keinginan Presiden Jokowi.

Impor daging hanya meupakan solusi jangka pendek, namun karena tidak dirancang secara matang, dampaknya malah menimbulkan bebagai persoalan. Peningkatan produksi sapi dalam negeri, menjadi kunci penyelesaian masalah, namun untuk mencapainya harus melibatkan banyak pihak.

Demikian benang merah yang bisa ditarik dalam diskusii bertema Evaluasi Operasi Pasar daging Sapi, Peningkatan Suplai dan Segmentasi Pasar, yang digelar Bincang Bincang Agrisbisnis (BBA) di Jakarta, belum lama ini.

Diskusi ini menampilkan nara sumber, Direktur Pengadaan Perum Bulog, Dr Wahyu MM (Direktur Pengadaan Perum Bulog) , Marina Ratna Dwi Kusumajati (Dirut PD Dharma Jaya) , Dr Rochadi Tawaf (Pengamat kebijakan Peternakan) dan Dayu Ariasintawati ( Dirut PT Great Giant Livestcok Indonesia/GGLI ), dan dipandu Direktur BBA Yeka Fatika

Direktur Pengadaan Badan Urusan Logistik (Bulog) Wahyu mengatakan niatan pemerintah menjual harga daging sapi di angka Rp 80 ribu per kilo, belum dibarengi dengan desain yang matang dalam pola tata niaga yang digulirkan, sehingga pada saat digelontorkan banyak pihak yang dirugikan.

”Namun bagaimana pun tugas kami tentu menyukseskan tugas pemerintah,” ujar dia.

Berita Rekomendasi

Menurut Wahyu, persoalan mahalnya harga daging sapi bukan semata kenaikan permintaan semata, pemerintah hanya memikirkan jangka pendek bagaimana menurunkan harga daging sapi secepat mungkin dengan OP, namun tidak memperhitungkan dampaknya buat elemen lain seperti petani, peternak, feedloter hingga masyarakat.

“Harusnya dengan OP itu tidak bisa menghilangkan peran feedloter, peran peternak, namun justru mereka harus tetap tumbuh bersama,” kata dia.

Wahyu mengakui, selama OP berlangsung lembaganya tidak mengambil keuntungan sama sekali, sebab pola usaha yang dilakukan Bulog menggunakan skim usaha komersial atau sama dengan sistem pembelian perusahaan lainnya.

“Kami membeli saja harga daging dikisaran Rp 78 ribu, dan menjual Rp 80 ribu, itu termasuk di luar daerah seperti Lampung, Medan, Palembang dan lainnya padahal kami mengirimkan menggunakan pesawat,” kata dia.

Tak ayal dengan keberanian itu lanjut Wahyu, banyak peternak dan feedloter yang menjerit, sebab harga yang dijual jauh lebih murah dibanding dengan yang ditawarkan peternak.

“Kami melakukan OP tidak hanya di Jakarta, Medan, Palembang, Padang, Lampung, Kalteng, Kalsel, Sulses, termasuk Jabar, seperti Bandung dan sekitarnya, kami datangkan dalam bentuk beku dari Australia,” ujar dia.

Ia menambahkan selama ramadhan dan lebaran tahun ini, lembaganya mendapatkan mandat untuk menyalurkan daging sapi murah dikisaran harga Rp 80 ribu sebanyak 10 ribu ton hingga akhir tahun ini, namun dalam realisasinya akibat minimnya pasokan, hanya sekitar 3.000 ton yang berhasil disalurkan.

“Kami hanya seminggu sebelum puasa mendapatkan tugas itu, awalnya PT Berdikari yang ditugaskan, namun dalam perjalannnya daging tidak kunjung tiba, sehingga pemerintah menujuk Bulog menjelang puasa untuk impor dari Australia, New Zeland dan lainnya,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas