Di New York Wapres Akan Tawarkan Lahan Gambut Indonesia ke Investor
Indonesia memiliki lahan gambut yang luasnya jutaan hektar dan bisa dimanfaatkan pengusaha di negara-negara maju
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla akan menemui investor-investor di bidang perdagangan carbon, pertengahan September mendatang, di New York, Amerika Serikat (AS).
Rencananya Kalla akan didampingi oleh Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead.
Sekretaris Wakil Presiden, Mohamad Oemar mengatakan pertemuan terebut akan berlangsung di sela-sela Wakil Presiden menghadiri sidang umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
"Sudah di arrangge (red: diatur), undanganya juga sudah, ke calon-calon investor untuk ketemu di sana," ujar Oemar kepada wartawan, di kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Indonesia memiliki lahan gambut yang luasnya jutaan hektar.
Lahan tersebut bisa dimanfaatkan oleh negara-negara maju, dengan cara lahan tersebut diolah menjadi lahan produktif, dan karbonnya dijual ke negara-negara maju yang memproduksi emisi yang mengancam kelestarian lingkungan hidup, seperti yang diatur di protokol Kyoto.
"Mempreservasi hutan itu bisa dihitung, ada satuannya, per satu hektar itu jenis tanamannya apa, lahannya apa itu bisa menyerap berapa kubuk atau ton karbon, itu bisa diperdagangkan," ujarnya.
"Nanti kredit dari investasi di penghijauan gambut ini bisa klaim bahwa sudah menurunkan emisi,"jelasanya.
Soal besaran investasi yang ditargetkan dari perdagangan tersebut, Oemar mengakui hal itu masih terus dihitung oleh BRG, termasuk dengan konsep dagang yang sepraktis dan semenarik mungkin, yang masih dibicarakan.