BSI Bantah Lahan Jagung 300 Hektar Yang Gagal Panen di Banyuwangi
Dan ternyata tidak ditemukan adanya lahan jagung seluas 300 hektar yang terendam banjir dan gagal panen tersebut.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Bumi Suksesindo (BSI) memastikan bahwa di sekitar areal lokasi penambangan di Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggarahan tidak terdapat areal lahan jagung seluas 300 hektar yang gagal panen.
Penegasan ini disampaikan External Relation PT BSI, Bambang Wijonarko menanggapi tuduhan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) tentang adanya petani yang gagal panen akibat terendam banjir terkait aktivitas pertambangan di Tumpang Pitu.
“Silahkan dicek dan ditunjukkan lahan dan petani jagung di daerah mana di sekitar tambang kami yang gagal panen. Kami terbuka jika memang ada fakta seperti itu,” tegas Bambang dalam keterangan persnya, Minggu (28/8/2016).
Bambang menjelaskan, setelah mendengar adanya informasi mengenai 300 hektar lahan petani jagung gagal panen, perusahaan langsung melakukan pengecekan ke sekitar wilayah tambang.
Dan ternyata tidak ditemukan adanya lahan jagung seluas 300 hektar yang terendam banjir dan gagal panen tersebut.
“Daerah di sekitar kami beroperasi adalah daerah landai. Setiap tahun, secara alami daerah-daerah tersebut tergenang air pada saat penghujan. Para petani yang sebagian besar merupakan pesanggem, yang dekat daerah kami, memanfaatkan lahan negara di daerah itu untuk bercocok tanam,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini Bambang juga mengungkapkan bahwa banjir yang sempat melanda sungai Katak dan membuat kekeruhan di wilayah Pantai Merah, Banyuwangi, merupakan dampak tingginya intensitas hujan di hulu sungai dan wilayah Pulau Merah.
Dia juga menegaskan pada 13 Agustus 2016 di wilayah sungai Katak dan Pulau Merah tidak terjadi banjir lumpur. Namun akibat tingginya curah hujan selama 4 hari berturut-turut, mulai dari tanggal 9-12 Agustus mencapai 225 mm, membuat limpahan air dari wilayah hulu menggerus tanah di sepanjang sungai Katak dan membuat keruh.
Kondisi tahun 2016 ini sangat anomali jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dimana sesuai data BSI, pada Agustus curah hujan cenderung rendah. Pada 2015, curah hujan di Pulau Merah hanya 5.0 mm dan sungai katak 9.0 mm.
“Bisa dibayangkan, dengan curah hujan hampir 55 kali lipat dibandingkan kondisi biasa, intensitas air di Pulau Merah dan sungai Katak menjadi luarbiasa. Apalagi hujan dengan intensitas tinggi itu turun 4 hari terus menerus,” imbuhnya.
PT BSI, lanjut Bambang, dalam menjalankan kegiatan penambangan selalu mengikuti telah aturan dan amdal yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Seperti saat melakukan peledakan pertama pada bulan April 2016 BSI mengundang sejumlah pemangku kepentingan untuk melihat situasi dan akibat yang terjadi setelah peledakan. Dan hasilnya juga sangat baik karena berjalan sesuai dengan rencana yang disusun.
“Saat ini tambang kami baru proses kontruksi dan belum produksi. Produksi ditargetkan mulai pada akhir Desember 2016 atau awal 2017,” kata Bambang.