Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Binatang Selokan dan Menjijikan di Palembang Ini Tenar dan Jadi Makanan Mahal di Eropa

Belut yang hidup di selokan (drainase) kini dicari para pemburu, karena lumayan harga jual ke pedagang pengumpul di sejumlah pasar tradisional

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Binatang Selokan dan Menjijikan di Palembang Ini Tenar dan Jadi Makanan Mahal di Eropa
Siwijaya Post/Husin
Belut yang jadi makanan favorit di Eropa 

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG -- Tingginya permintaan belut (monopterus albus) dari luar negeri, yang tidak mampu dipenuhi oleh peternak belut yang ada di Palembang dan sekitarnya, ternyata memberikan peluang bagi masyarakat.

Belut yang hidup di selokan (drainase) kini dicari para pemburu, karena lumayan harga jual ke pedagang pengumpul di sejumlah pasar tradisional Rp 35.000.

Belut-belut tersebut memiliki pangsa pasar baik lokal, Asia hingga Eropa. Selain dibutuhkan untuk bahan menu restoran seafood internasional, juga dibutuhkan sebagai salah satu komponen bahan kosmetik.

Perburuan belut yang berkembang secara alami dilakukan, mulai di daerah rawa hingga saluran pembuangan (parit) atau drainase yang kotor dan jorok.

Namun hal itu tidak menyurutkan para pemburu untuk mencari belut. Misalnya, dengan cara "mengecis" atau penyetruman jelang tengah malam.

Sripo menemukan aktivitas "ngecis" yang hanya bermodal baterai aki daya 10 ampere yang biasa dipakai untuk sepeda motor Honda Tiger ini.

Baterai ini mampu menghasilkan listrik setara 900 volt ampere (VA).

Berita Rekomendasi

Baterai aki disimpan dalam sebuah jeriken 10-15 liter, yang sudah dirancang seperti tas ransel.

Lalu terdapat komponen kabel dan stick besi yang dialiri listrik. Para pemburu seperti Riko (34) dan Ardi (30), selalu membawa lampu senter sebagai penerang, mulai menelusuri parit dan menusukan stick besi ke air atau lubang yang diduga menjadi rumah belut.

Benar saja, saat stick yang dialiri listrik begitu disentuhkan ke air di selokan, maka mau tidak mau menjadi penghantar dan semua biota yang hidup di drainse akan pingsan hingga mati karena sengatan listrik.

Bagi biota kecil, mungkin akan mati sedangkan biota yang tergolong besar hanya pingsan.

Jangan bangga dahulu, setelah 2-3 menit akan siuman kembali, dan akan sulit untuk ditangkap karena licin.

Dan benar saja, tidak lama setelah itu belut keluar dari lubang persembunyiannya, dan Ardi langsung menyambar dengan tangannya, lalu belut dimasukan ke tempat khusus. Ternyata, dalam waktu 2 jam, sudah 5-8 Kg belut terkumpul.

Riko dan Ardi, ternyata tidak hanya mendapatkan belut, mereka mendapatkan ikan gabus (channa striata) bahkan termasuk biawak yang bersembunyi di selokan.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas