Harga Cabai Tak Terkendali
sebelum Natal hingga setelah Natal harga komoditas cabai masih terpantau tinggi dan cenderung tidak dapat dikendalikan.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan, sebelum Natal hingga setelah Natal harga komoditas cabai masih terpantau tinggi dan cenderung tidak dapat dikendalikan.
"Beberapa komoditas terpantau tinggi khususnya cabai rawit merah dan cabai rawit hijau dan ini memang tidak bisa dikendalikan," ujar Mansuri kepada Kompas.com, Senin (26/12/2016).
Mansuri mengatakan, dengan kenaikan tersebut saat ini IKAPPI tengah melakukan pemantauan harga dan pasokan komoditas cabai di wilayah Jawa Timur.
"Saat ini kami sedang berada di Surabaya untuk memastikan apakah komoditas ini (cabai) benar-benar langka atau tidak di daerah, kami cek di beberapa pasar wilayah Jember, Lumajang dan memang barangnya ada namun harganya tinggi," tambahnya.
Menurutnya, harga komoditas cabai rawit merah di wilayah Jawa Timur sudah mencapai Rp 50.000 per kilogram (kg), sedangkan di Jakarta sudah mencapai Rp 75.000 per kg. "Ini artinya memang harganya sudah sulit untuk dikendalikan," tegasnya.
Saat ini komoditas lain juga terpantau naik harganya dan cenderung tidak menurun. "Yang terpantau naik dan tidak mau turun seperti bawang putih, ini karena bawang putih memang impor dan ini terjadi bukan hanya di Jakarta saja tetapi juga di daerah-daerah lain. Secara nasional beberapa komoditas yang naik itu sama mulai dari cabai, bawang putih, sayur mayur, minyak goreng juga naik," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, menjelang Natal dan Tahun Baru 2017 ada beberapa hal yang menyebabkan adanya gejolak harga pangan.
"Libur panjang ada potensi kenaikan harga karena disebabkan beberapa hal. Pertama, karena transportasi ada buka tutup lalu lintas truk barang," ujar Enggar.
Kedua, ada beberapa upaya dari spekulan mengambil peluang di saat libur panjang. Ketiga, kondisi cuaca di akhir tahun yang memiliki curah hujan tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya melakukan antisipasi sejak dini dengan melakukan identifikasi ketersediaan stok komoditas pangan di berbagai daerah.
"Kemendag identifikasi ketersediaan stok bahan utama secara nasional dan kemudian kami melihat penyaluran di daerah-daerah apakah stok sudah tersalurkan," jelasnya.(Pramdia Arhando Julianto)