Ikuti Gaya Hidup Boleh, Tetap Fokus Berinvestasi Itu Harus
“Saya pilih beli rumah. Harga mobil memang lebih murah dan penting untuk mobilitas, tapi tempat tinggal lebih penting"
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Muda foya-foya. Begitu bunyi sebuah pameo. Tapi, itu tidak berlaku buat Cornelius Bintang.
Pria 22 tahun yang baru sembilan bulan bekerja ini sudah menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung sebagai uang muka kredit pemilikan rumah (KPR) dan biaya pernikahan.
Enggak tanggung-tanggung, penghasilan yang Bintang sisihkan untuk disimpan di bank mencapai 60% dari gaji bulanannya sebagai editorial videographer di sebuah majalah di Jakarta.
Dia lebih memilih menabung untuk DP rumah ketimbang mobil lantaran tempat tinggal jadi salah satu modal penting dalam hidup berkeluarga. “Bisa juga sebagai daya jual laki-laki buat menikah,” katanya yang memasang target menikah di usia 27 tahun.
Meski begitu, Bintang masih bisa memenuhi gaya hidupnya, lo. Termasuk, untuk berlibur dan menonton konser di luar negeri. Dia punya dua rekening. Begitu gaji turun, ia langsung membaginya.
“Satu rekening untuk cash flow, satu rekening untuk tabungan. Untuk rekening tabungan, saya meninggalkan kartu ATM di rumah dan tidak memiliki mobile atau internet banking untuk menghindari pengeluaran yang tidak seharusnya,” ungkapnya.
Begitu juga dengan Ayu Siti Aisyah. Perempuan 23 tahun yang belum genap bekerja setahun ini juga sudah menabung untuk membeli tanah. Maklum, ia lebih senang membangun rumah berdesain sendiri dibanding membeli rumah jadi.
Ayu menyisihkan 30% penghasilannya sebagai karyawan sekaligus guru privat bahasa Inggris dan penerjemah untuk ditabung.
“Saya pilih beli rumah. Harga mobil memang lebih murah dan penting untuk mobilitas, tapi tempat tinggal lebih penting,” ujarnya.
Untuk urusan keuangan Ayu memang sangat disiplin. Setiap akhir bulan, ia selalu menulis daftar kebutuhan untuk bulan berikutnya beserta nominal atau bujet yang harus dikeluarkan.
“Sebanyak 30% untuk tabungan rumah, 10% tabungan untuk melanjutkan studi, 40% untuk kebutuhan dan hiburan, sisanya yang 20% saya simpan jika sewaktu-waktu dibutuhkan mendadak,” beber Ayu.
Maksimal 10 persen
Tapi, tak banyak anak muda yang sudah bekerja yang bisa menabung untuk membeli rumah seperti Bintang dan Ayu, sekalipun gajinya gede.
Mereka lebih mementingkan kebutuhan untuk gaya hidup yang menguras habis penghasilan, bahkan sampai terjerat utang.