Penjualan Lesu, Holcim Minta Pemerintah Stop Sementara Pembangunan Pabrik Semen Baru
Pasar di Pulau Jawa merupakan penyumbang terbesar bagi penjualan semen di dalam negeri.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Holcim Indonesia Tbk memprediksi penjualan semen di pasar domestik tetap menjadi motor utama bisnis mereka tahun ini.
Namun ada tantangan bisnis semen di dalam negeri karena pertumbuhan ekonomi masih melambat dan persaingan industri semen kian ketat.
Presiden Direktur PT Holcim Indonesia Tbk Gary Schutz kepada KONTAN, Kamis (2/2/2017) menyampaikan harapan pemerintah Indonesia mewujudkan wacana moratorium investasi pabrik semen baru.
Selain itu, industri ini juga masih membutuhkan banyak dorongan seperti perlunya memperbanyak proyek infrastruktur agar permintaan semen stabil sehingga pabrik semen lebih efisien.
Pasar di Pulau Jawa merupakan penyumbang terbesar bagi penjualan semen di dalam negeri.
Namun, perusahaan berkode saham SMCB di Bursa Efek Indonesia itu tengah berupaya meningkatkan penjualan di Sumatra.
Mengintip laporan keuangan per 30 September 2016, penjualan SMCB pasar domestik tercatat mencapai Rp 6,88 triliun.
Nilai penjualan itu setara dengan kontribusi 99,59% terhadap total penjualan sebesar Rp 6,91 triliun. Sisa kontribusi 0,41% berasal dari penjualan ekspor.
Meskipun kontribusi penjualan ekspor mini, manajemen Holcim Indonesia tak ingin melewatkan peluang bisnisnya. Garry bilang, saat ini SMCB tengah menyiapkan rencana untuk ekspor ke negara-negara seperti Bangladesh, Srilanka dan Australia.
Informasi saja, Holcim Indonesia mengoperasikan pabrik dengan total kapasitas produksi 15 juta ton per tahun. Tanpa menyebutkan nilai, tahun lalu mereka mencetak penurunan penjualan.
Reporter: Petrus Sian Edvansa