Lawatan Raja Salman ke Asia dalam Rangka Cari Sekutu Baru
Arab Saudi terpaksa 'bercerai' dari Amerika Serikat yang akan memberlakukan tarif yang tinggi bagi impor minyaknya yang merupakan kebijakan Trump
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat dan Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng menilai lawatan Raja Salman ke Asia mulai dari Malaysia, Indonesia, Jepang, Maladewa dan Tiongkok dalam rangka mencari sekutu baru karena harus berpisah dengan Amerika Serikat.
Pasalnya, pemerintah Amerika Serikat yang akan memberlakukan tarif yang tinggi bagi impor minyaknya, seperti halnya memberlakukan tarif super tinggi kepada impor barang dan impor infrastruktur China.
Hal ini akan membuat Arab Saudi kehilangan pasar terbesar impor minyaknya.
"Minyak telah ditendang menjadi bahan bakar semata dan dolar AS telah mengambil posisi independen dalam pasar uang," kata Salamiddin Daeng di Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Ini pula yang mengakibatkan, Arab Saudi kehilangan pasar terbesar mereka yakni AS dan harga minyak jatuh pada level paling rendah dalam sejarah.
Meskipun berkali-kali OPEC memotong produksi, namun dilawan oleh AS dengan meningkatkan produksi shale Oil dan soale gas mereka.
Harga minyak terus berada pada harga yang tidak menguntungkan Arab Saudi.
Penerimaan negara dari minyak anjlok, anggaran negara minus hingga 15 persen mencapai US 98 miliar dolar tahun lalu dan tahun ini diperkirakan US 87 miliar dolar atau mencapai Rp.1200 trilun.
"Arab Saudi memang masih kaya, tapi itu aset dan mereka tidak bisa mengurangi kesenangannya walau sedikit," katanya.
Selama ini Arab Saudi adalah kawan Amerika Serikat selama berpuluh puluh tahun bahkan membentuk Petro Dolar sejak tahun 1970 an.
Minyak menjadi standar dalam pembentukan nilai mata uang dolar AS sehingga Arab Saudi menikmati keuntungan yang besar dari perdagangan minyak.
Amerika Serikat menikmati keuntungan yang jauh lebih besar lagi yakni bisa mencetak dolar sesuka hati tanpa perlu colleteral dan mengkhianati Bretton Woods dan menendang emas menjadi perhiasan semata.
Namun, saat Presiden AS, Donald Trump menyatakan akan memukul kartel minyak yang dipandang sebagai musuh AS, dengan cara membangun kemandirian minyak AS menjadi petaka bagi Arab Saudi karena kehilangan pasar terbesarnya.
"Jadi lawatan keliling Asia yakni ke merupakan upaya untuk mencari pelampung penyelamat dalam rangka menahan Arab Saudi dari turbulensi, mencari pembeli tetap dari minyak mereka dalam jangka panjang," katanya.