Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Lawatan Raja Salman ke Asia dalam Rangka Cari Sekutu Baru

Arab Saudi terpaksa 'bercerai' dari Amerika Serikat yang akan memberlakukan tarif yang tinggi bagi impor minyaknya yang merupakan kebijakan Trump

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Lawatan Raja Salman ke Asia dalam Rangka Cari Sekutu Baru
Tribunnews/Kompas TV
Saat pertemuan dengan Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3/2017) siang, Presiden Joko Widodo mengabadikan momen bersejarah itu dalam bentuk Vlog (video blog) dan kemudian diunggah di akun media sosial pribadinya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat dan Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng menilai lawatan Raja Salman ke Asia mulai dari Malaysia, Indonesia,  Jepang, Maladewa dan Tiongkok dalam rangka mencari sekutu baru karena harus berpisah dengan Amerika Serikat. 

Pasalnya, pemerintah Amerika Serikat yang akan memberlakukan tarif yang tinggi bagi impor minyaknya, seperti halnya memberlakukan tarif super tinggi kepada impor barang dan impor infrastruktur China.

Hal ini akan membuat Arab Saudi kehilangan pasar terbesar impor minyaknya. 

"Minyak telah ditendang menjadi bahan bakar semata dan dolar AS telah mengambil posisi independen dalam pasar uang," kata Salamiddin Daeng di Jakarta, Kamis (2/3/2017).

Ini pula yang mengakibatkan, Arab Saudi kehilangan pasar terbesar mereka yakni AS dan harga minyak jatuh pada level paling rendah dalam sejarah.

Meskipun berkali-kali OPEC memotong produksi, namun dilawan oleh AS dengan meningkatkan produksi shale Oil dan soale gas mereka.

Harga minyak terus berada pada harga yang tidak menguntungkan Arab Saudi.

BERITA TERKAIT

Penerimaan negara dari minyak anjlok, anggaran negara minus hingga 15 persen mencapai US 98 miliar dolar tahun lalu dan tahun ini diperkirakan US 87 miliar dolar atau mencapai Rp.1200 trilun.

"Arab Saudi memang masih kaya, tapi itu aset dan mereka tidak bisa mengurangi kesenangannya walau sedikit," katanya.

Selama ini Arab Saudi adalah kawan Amerika Serikat selama berpuluh puluh tahun bahkan membentuk Petro Dolar sejak tahun 1970 an.

Minyak menjadi standar dalam pembentukan nilai mata uang dolar AS sehingga Arab Saudi menikmati keuntungan yang besar dari perdagangan minyak.

Amerika Serikat menikmati keuntungan yang jauh lebih besar lagi yakni bisa mencetak dolar sesuka hati tanpa perlu colleteral dan mengkhianati Bretton Woods dan menendang emas menjadi perhiasan semata. 

Namun, saat Presiden AS, Donald Trump menyatakan akan  memukul kartel minyak yang dipandang sebagai musuh AS, dengan cara membangun kemandirian minyak AS menjadi petaka bagi Arab Saudi karena kehilangan pasar terbesarnya. 

"Jadi lawatan keliling Asia yakni ke  merupakan upaya untuk mencari pelampung penyelamat dalam rangka menahan Arab Saudi dari turbulensi, mencari pembeli tetap dari minyak mereka dalam jangka panjang," katanya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas