Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pemerintah Belum Kompak Soal RUU Tembakau

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bilang, pemerintah melihat RUU tembakau ini belum mencerminkan harapan.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pemerintah Belum Kompak Soal RUU Tembakau
TRIBUN/HO
Seorang petani tembakau tengah melakukan proses topping disebuah lahan tembakau yang tergabung dalam program Integrated Production System (IPS) di desa Sukowono Jember Jawa Timur (31/7). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah belum satu suara terkait pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pertembakauan.

Karenanya, Presiden Joko Widodo menunjuk Menteri Perdagangan dan Menteri Ketenagakerjaan untuk membahas rancangan beleid itu lebih lanjut dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, hingga kini, belum ada keputusan final terkait sikap pemerintah atas RUU inisiatif DPR itu. "Masih menunggu hasil konsultasi dulu," katanya, Selasa (14/3/2017).

Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek bilang, kementeriannya masih konsisten menolak calon beleid ini. "Sebab, kami harus menjaga kesehatan masyarakat," jelasnya.

Sementara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bilang, pemerintah melihat RUU tembakau ini belum mencerminkan harapan. "Ini beberapa hal malah bisa menabrak apa yang sudah diatur," katanya.

Pikirkan nasib petani

Menurut Jokowi, dalam pertembakauan setidaknya ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yakni terkait perlindungan dari gangguan kesehatan dan kelangsungan hidup petani tembakau.

Berita Rekomendasi

Menurut Presiden, rokok ada di peringkat dua konsumsi rumah tangga miskin. Dana untuk konsumsi rokok 3,2 kali lebih besar dari pengeluaran untuk telur dan susu, 4,4 kali dari biaya pendidikan dan 3,3 kali dari biaya kesehatan.

"Ini akan berdampak pada kualitas SDM di masa datang, dan tingginya konsumsi produk tembakau membuat tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung negara dan masyarakat," kata jelasnya.

Berdasarkan data BPJS kesehatan 2015, kata Jokowi, lebih dari 50% biaya pengobatan dihabiskan untuk membiayai penderita tidak menular, termasuk akibat konsumsi rokok. Di sisi lain, kelangsungan hidup petani tembakau juga patut diperhatikan.

Reporter: Handoyo

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas