Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Hariyadi B. Sukamdani : Trial and Error Kebijakan, Hilangkan Kesempatan Jaring Investasi

Perlu atensi dari pemerintah terhadap sektor migas ini, dan harus dilakukan konsolidasi dari semua pemain dari industri ini

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Hariyadi B. Sukamdani : Trial and Error Kebijakan, Hilangkan Kesempatan Jaring Investasi
SKK MIGAS/KOMPASIANA
Salah satu anjungan migas milik Total EP di Blok Mahakam 

Wakil Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah bahwa wilayahnya mengandalkan sektor tambang dan migas sebagai sumber pendapatan utama.

Bahkan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor migas dari Kutai Kartanegara terhadap negara mencapai Rp 132 triliun di tahun 2016.

“Sektor migas itu dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita. Dari 17 sektor yang jadi unggulan kita yang jadi unggulan utama dari sektor pertambangan dan migas,” ucapnya.

Jadi jika investasi hulu migas mengalami ketidakpastian, menurut Edi Damansyah, akan berimbas pula pada kondisi sosial dan ekonomi lokal di daerah, termasuk Kutai Kartanegara sebagai daerah kaya migas.

“Dampak langsung dari sektor tenaga kerja itu bisa mengurangi pengangguran di daerah. Lalu dengan adanya industri migas akan menambah jumlah penduduk sehingga daerah menjadi ramai. Tak heran dari industri kerakyatan seperti rumah makan sampai perhotelan juga akan ikut bergerak,” tutur Edi.

PDRB Kutai Kartanegara sendiri dari sektor hulu migas pada saat ini sudah turun menjadi 43% dari 70% pada masa puncaknya beberapa tahun lalu.

“Sangat terasa sekali dampaknya, karena itu kita harus bertransformasi dari sumber alam tidak terbarukan ke terbarukan tapi ini tidak bisa cepat karena kita masih berharap sektor migas masih turut mendukung upaya transformasi ini,” katanya.

Berita Rekomendasi

Eddy Tamboto, Senior Partner and Managing Director Boston Consulting Group, sektor hulu migas sangat siginifikan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi negara.

“Sektor migas ini sangat penting karena sekitar US$ 120 miliar dampak akumulasi dari industri ini sampai tahun 2025,” ucap Eddy.

Daniel L. Wieczynski, Direktur Indonesian Petroleum Association (IPA), mengatakan bahwa sektor hulu migas di Indonesia pada saat ini tengah mengalami krisis.

“Tidak ada eksplorasi yang terjadi, dan kalau tidak ada eksplorasi maka tidak akan ada penemuan lokasi migas baru sehingga produksi menurun. Padahal di sisi hulu, proyek-proyek ini membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dikembangkan. Jadi perlu kepemimpinan untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang tepat kalau Pemerintah ingin memperbaiki investasi,” tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas