Pasar Rejowinangun Magelang Raih Anugerah Pancawara 2017
Anugerah Pancawara 2017 merupakan penghargaan untuk mengapresiasi pasar tradisional di Indonesia yang dinilai berhasil membuat inovasi.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar Rejowinangun, Magelang, Jawa Tengah, meraih Anugerah Pancawara 2017 bersama-sama dengan Pasar Sindhu Sanur di Kota Denpasar.
Hasil penilaian tim juri menyatakan, Pasar Rejowinangun layak menjadi pemenang untuk Kategori Pasar Rakyat Pemerintah Daerah Tipe I dan II diraih Pasar Rejowinangun (Magelang) dengan inovasi ‘Pengembangan Pasar Rakyat sebagai Ruang Sosial Budaya'. Sementara, Pasar Sindhu Sanur di Denpasar dinyatakan layak menang dengan inovasi ‘Swakelola dan Pengembangan Wisata Kuliner Malam’ untuk Kategori Pasar Rakyat Pemerintah Daerah Tipe III dan IV.
Khusus Kategori Pasar Rakyat Perusahaan Daerah/BUMD, pemenangnya adalah Pasar Koja Baru yang dikelola PD Pasar Jaya di Jakarta Utara dengan inovasi ‘Pengelolaan Sarana-Prasarana Pasar secara Sinergis.’
Anugerah Pancawara 2017 merupakan penghargaan yang pertama kalinya diselenggarakan Yayasan Danamon Peduli bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan RI untuk mengapresiasi pasar tradisional di Indonesia yang dinilai sukses membuat inovasi bagi kemajuan pasar yang dikelolanya.
Pemberian penghargaan anugerah ini dilakukan di Aula Kementerian Perdagangan RI, Kamis (26/10/2017) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti, mewakili Menteri Perindustrian.
Hadir pula di acara ini, Direktur Danamon Michellina Triwardhany dan Rita Mirasari, Ketua Dewan Pembina Yayasan Danamon Peduli Bayu Krisnamurthi, Ketua Dewan Pengawas Yayasan Danamon Peduli Manggi T. Habir.
"Penghargaan Anugerah Pancawara 2017 ini merupakan yang pertama kami selenggarakan dengan pasar rakyat yang selama ini jadi fokus Danamon Peduli," ungkap Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli Restu Pratiwi.
"Ke depan kita berharap ini bisa menjadi kegiatan reguler dengan tetap bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan. Kami berobsesi nantinya kita bisa punya Hari Pasar Nasional. Inisiatif ini sudah kami gagas dan kami sudah berdialog dengan pejabat Kementerian Perdagangan," imbuh Restu.
Kementerian Perdagangan menyatakan mendukung penuh kegiatan ini. "Kita berharap Anugerah Pancawara 2017 dapat memicu meningkatnya daya saing pasar rakyat, meningkatkan kesejahteraan pedagang dan kelancaran logistik dan distribusi barang kebutuhan pokok masyarakat,” ungkap Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Tjahya Widayanti.
Restu berharap penyelenggaraan Anugerah Pancawara tahun depan bisa meningkat lagi jumlah pesertanya. "Kepesertaan di tahu masih rendah. Ke depan akan kami gencarkan karena banyak pasar pasar bagus di Tanah Air," ungkapnya.
Tahapan seleksi Anugerah Pancawara 2017 dimulai sejak 18 September 2017 dan diikuti 13 pasar rakyat di seluruh Indonesia.
Antara lain Pasar Mayestik di Jakarta Selatan, Pasar Koja Baru (Jakarta Utara), Pasar Flamboyan (Pontianak), Pasar Rejowinangun (Magelang), Pasar Atjeh (Banda Aceh), Pasar Kliwon (Kudus), Pasar Tayu (Pati), Pasar Rakyat Tanggul (Surakarta), Pasar Sindu Sanur (Denpasar), Pasar Jamu Nguter (Sukoharjo), Pasar Intaran (Denpasar), Pasar Baru Kuningan (Kuningan), dan Pasar Modern Jasinga di Kabupaten Bogor.
Tjahya Widayanti mengatakan, untuk meningkatkan nilai pasar tradisional, Pemerintah sudah merevitalisasi sekitar 2700-an pasar di Tanah Air dari target total 5.000 buah pasar yang harus direvitaliasi sampai tahun 2019 nanti.
"Sisanya (pasar tradsional yang belum direvitalisasi) disebar di tahun anggaran 2018/2019. Target revitalisasi pasar tradisional harus tercapai di 2019 sebanyak 5.000 pasar," ungkapnya.
Kendala yang selama ini dihadapi dalam revitalisasi pasar-pasar tradisional paling banyak di persoalan administratif.
"Revitalisasi pasar merupakan kewajiban pemerintah daerah untuk melaksanakannya. Ada sejumlah daerah yang mengajukan revitalisasi pasar ke Pusat melalui Dana Berbantuan. Tapi pasar yang direvitalisasi, status tanahnya harus jelas dulu. Bukan tanah bersengketa," tegas Tjahya Widayanti.