Pedagang Bakso Keliling, Para Pejuang Ekonomi Mikro
Adalah Midi, salah seorang pedagang bakso, menuturkan awal perjuangannya memulai usaha pada tahun 1992 lalu.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tak semua pahlawan harus gugur di medan laga. Masih banyak para pejuang berjiwa ksatria yang hidup dalam keseharian kita, salah satunya pedagang bakso keliling.
Apakah hanya dengan berjualan bakso lantas mereka pantas disebut pejuang?
Kisah heroik mereka tertuang penuh dalam acara diskusi interaktif bertajuk “Pejuang Ekonomi Mikro” yang digelar PT. Miwon Indonesia Bersama Dompet Dhuafa di kantor Miwon, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Dalam diskusi yang digelar untuk memperingati hari Ulang Tahun Miwon ke-44 tersebut, hadir para pedagang bakso sebagai narasumber. Salah satu segmen diskusi mengupas tentang makna pahlawan dari kisah perjuangan para pedagang bakso.
Adalah Midi, salah seorang pedagang bakso, menuturkan awal perjuangannya memulai usaha pada tahun 1992 lalu.
“Tidak mudah memulai usaha dari nol karena harus merasakan jatuh bangun dan tambal sulam modal. Berkali – kali mencoba mencari tempat yang strategis untuk berjualan namun selalu berujung dengan kegagalan, bahkan terkadang mendapat perlakuan yang kurang baik dari pedagang bakso lainnya. Namun, dengan ikhtiar dan tekad yang kuat akhirnya saya merasakan manisnya perjuangan,” ujar Midi.
Kini, usaha Midi semakin maju, dan ia bisa membeli rumah, kendaraan, memiliki peternakan dan bisamenghidupi keluarga serta mertuanya. BagiMidi, makna pahlawan adalah ketika seseorang mampu hidup mandiri dan berpijak di atas dua kakinya serta berupaya menyiapkan generasi penerus bangsa dengan memberikan pendidikan yang baik.
Kisah berbeda dituturkan oleh Joko, pedagang bakso lainnya. Menurut Joko, dirinya bukan sekedar berdagang tapi juga “menyelamatkan” nyawa konsumen.
“Nyawa konsumen lebih penting daripada materi. Saya sangat menyadari, makanan yang dijual dan disajikan sangat berpengaruh terhadap tubuh konsumen. Karena itu, saya tidak ingin membahayakan mereka dengan menggunakan bahan tambah pangan berbahaya seperti boraks,” tuturnya.
Ketika ditanya makna pahlawan di mata Joko, ia menjawab, “Seseorang yang menjalani profesi dengan kejujuran, kearifan, memperhatikan norma dan aturan sertatidak merugikan pihak lain.”
Pedagang bakso Paryadi,narasumber lainnya, menuturkan bahwa makna pahlawan adalah ketika masyarakat sekitar merasakan manfaat dan kebaikan dengan adanya keberadaan kita. Hal ini dibuktikan oleh Paryadi pada saat peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2017 lalu.
Ia memberikan bakso gratis bagi konsumen yang hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya dan teks Pancasila. Selain itu, sebagai Ketua Komunitas Pedagang Tangguh, Paryadi juga sering mengajak anggotanya memberikan sumbangan untuk anggota lain terkena musibah. Ajakan ini pun disambut positif oleh anggotanya secara sukarela.
Midi, Joko dan Paryadi adalah para pedagang bakso berkarakter. Merekalah pahlawan Indonesia masa kini, berjuang dalam keterbatasan, namun tetap menyemai benih – benih kebaikan bagi sekitar.
Sisi kepahlawanan mereka ditunjukkan dengan perjuangan untuk hidup mandiri dan memenuhi hak - hak yang menjadi tanggungan, agar tidak menjadi beban negara atau sampah masyarakat.