Saham Sektor Properti Masih Menanti Sentimen Positif dari Perhelatan Pemilu
Sepanjang tahun ini, permintaan atas properti cenderung stagnan karena investor melihat adanya sentimen negatif yang berasal dari hiruk
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menjelang penutupan tahun ini, berbagai sentimen positif mulai membayangi perekonomian Indonesia setelah sejak awal tahun banyak hal yang terjadi di luar ekspektasi berbagai kalangan, mulai dari lemahnya daya beli masyarakat yang mengakibatkan perekonomian tumbuh tidak sekuat perkiraan semula.
Namun pelan tapi pasti berbagai indikator mulai memperlihatkan perbaikan seiring dengan kenaikan harga komoditas yang lebih stabil, mendorong mulai naiknya konsumsi masyarakat dan permintaan atas properti mulai terlihat meski belum sekuat periode 2013-2014.
Sepanjang tahun ini, permintaan atas properti cenderung stagnan karena investor melihat adanya sentimen negatif yang berasal dari hiruk - pikuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta.
Menurut Analis Bahana Sekuritas Renaldy Effendy, kalau dilihat dari indikator perekonomian, sektor properti diperkirakan akan membaik seiring naiknya pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh menguatnya daya beli masyarakat serta trend suku bunga rendah yang telah dimulai oleh Bank Indonesia sejak Agustus yang lalu dengan memotong suku bunga acuan.
Pre-sales 2018 diperkirakan akan naik kekisaran 10% - 12%, dari perkiraan tahun ini yang diproyeksikan bakal mencatat pre-sales sekitar 5%.
''Saat ekonomi menguat maka yang pertama kali membaik akan terlihat pada harga komoditas, selanjutnya konsumsi menguat, penjualan otomotif beranjak naik dan yang terakhir akan berdampak pada sektor properti,'' papar Renaldy.
''Namun seberapa kuat pulihnya sektor properti masih menanti sentimen positif dari Pilkada serentak yang akan berlangsung pada tahun ini, dilanjutkan dengan pemilihan presiden 2019, terangnya.
Bila Pilkada serentak berjalan dengan baik dan Pilpres 2019 berjalan sesuai dengan ekspektasi pasar, Bahana meyakini permintaan properti akan kembali meningkat meski tidak bisa langsung sekuat 2013-2014, pasalnya permintaan atas rumah pertama pasti selalu ada meski memang berdasarkan survei yang dilakukan oleh anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini, dari 41 proyek properti yang ada di Jawa, sekitar 60% dijual dengan harga dibawah Rp 1miliar, sekitar 30% dijual dengan harga berkisar antara Rp 1-3 miliar dan hanya sekitar 10% yang dibangun dengan kisaran harga diatas Rp 3 miliar.
Ciputra Development
Bahana memberikan rekomendasi beli untuk perusahaan berkode saham CTRA ini dengan target harga Rp 1.800 per lembar saham, karena perseroan memiliki land bank yang besar dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia, jadi ketika pelemahan penjualan di satu daerah terjadi, bisa ditutupi oleh daerah lainnya.
Saat ini Ciputra masih memiliki land bank sekitar 1.800 ha dan 5000 ha untuk rencana pengembangan dengan pola kerjasama operasi dengan pihak ketiga atau pemilik tanah. Pola kerjasama ini membuat Ciputra menjadi salah satu perusahaan yang memiliki net gearing rendah karena tidak membutuhkan belanja modal yang besar untuk membeli lahan.
Seperti yang terlihat selama sepuluh bulan terakhir tahun ini, kontribusi pre-sales dari Sulawesi tumbuh menjadi 17% dari total pre-sales dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 5%. Pre-sales di Sumatera turun menjadi 7% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 11%, demikin juga halnya pre-sales di Surabaya turun menjadi 30% hingga akhir Oktober 2017, dibandingkan posisi yang sama tahun lalu yang mencatat kontribusi sebesar 40%.
Bahana memperkirakan tahun depan perseroan akan membukukan kenaikan pendapatan sekitar 14% menjadi sekitar Rp 8,55 triliun dari perkiraan 2017 yang diproyeksikan naik sekitar 11% menjadi sekitar Rp 7,49 triliun. Sedangkan laba bersih diperkirakan bakal naik signifikan sekitar 32% menjadi Rp 1,4 triliun pada akhir 2018, dari proyeksi perolehan tahun ini yang mungkin akan naik sekitar 22% menjadi sekitar Rp 1 triliun.
Bumi Serpong Damai
Sekuritas milik negara ini juga memberikan rekomendasi beli atas saham perusahaan yang berkode saham BSDE ini dengan target harga Rp 2,090 per lembar saham karena ketersediaan land bank perseroan sekitar 4800 ha yang banyak tersebar di BSD City sebanyak 2500 ha, memberikan perseroan ruang untuk membangun beragam tipe rumah atau bangunan komersial lainnya sesuai dengan permintaan pasar.
Perseroan juga banyak menjual lahannya untuk keperluan korporasi besar sehingga saat penjualan rumah lesu, perseroan masih memiliki masukan dari penjualan tanahnya. BSDE juga memiliki record sebagai perusahaan yang selalu mencapai target pre- salesnya, sehingga neraca keuangan cukup sehat.
Bahana memperkirakan tahun depan perseroan akan membukukan kenaikan pendapatan sekitar 5% menjadi sekitar Rp 7,83 triliun dari perkiraan 2017 yang diproyeksikan naik sekitar 15% menjadi sekitar Rp 7,49 triliun. Sedangkan laba bersih tahun depan diperkirakan bakal naik sekitar 7% menjadi Rp 2,92 triliun, dari proyeksi perolehan 2017 yang diproyeksikan naik signifikan sekitar 52% menjadi sekitar Rp 2,73 triliun.