Tahun Politik, Momen Terbaik Bagi Investor Berburu Properti
“Menurut saya, tahun politik, bukan tahun yang menyeramkan. Investor yang cerdik malah sebaiknya berbelanja properti di tahun-tahun tersebut."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian orang menyebut tahun depan, 2018, sebagai tahun politik karena berbarengan dengan momen penyelenggaraan Pilkada serentak di sejumlah daerah, disusul dengan penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) di 2019.
Karena alasan itu, ada yang memprediksi sektor ekonomi akan menghadapi tantangan. Investor dan dunia usaha akan cenderung wait and see sembari menunggu kondisi politik benar-benar stabil.
Tapi di sektor properti, kondisi semacam itu justru dinilai sebagai momentum tepat untuk berbelanja properti. Ini karena peluang mendapatkan gain yang lebih baik.
Saat kondisi politik stabil dan ekonomi bertumbuh lebih kencang, nilai produk properti yang telah dibeli akan melonjak signifikan.
“Menurut saya, tahun politik, bukan tahun yang menyeramkan. Investor yang cerdik malah sebaiknya berbelanja properti di tahun-tahun tersebut. Saat kondisi politik kembali stabil, harganya bisa naik lagi,” ungkap Wakil Ketua Bidang Pengelolaan Ruang dan Apartemen Real Estate Indonesia (REI) Mualim Wijoyo saat menjadi pembicata di acara ‘Kaleidoskop 2017 dan Overview 2018’ di kantor Marketing Gallery Green Apartemen Pramuka City, Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Berkaca pada kemelut politik nasional yang pernah terjadi di tahun 1998, Mualim menjelaskan, masyarakat Indoneia saat ini sudah cerdas dalam membaca momentum dan peristiwa politik yang terjadi di Tanah Air.
Dia mencontohkan, di Thailand, gonjang-ganjing politik lebih sering terjadi ketimbang di Indonesia. Peristiwa kudeta, pengambilalihan kekuasaan pemerintah, seperti oleh militer Thailand kerap terjadi. Namun, masyarakat Thailand menganggap fenomena itu sebagai hal yang biasa.
"Aktivitas ekonomi tetap berlangsung dengan baik, karena masyarakat di sana sudah bisa memisahkan kegaduhan politik dengan aktivitas ekonomi yang tidak boleh dicampuradukkan," ungkapnya. Dia menilai kedewasaan serupa juga terlihat di masyarakat Indonesia.
Baca: Sara Wijayanto Mengaku Ngeri Lihat Wujud Wajahnya Sendiri di Film Horor Ini
Marketing Direktur Green Pramuka City Jeffry Yamin mengatakan, saat ini kondisi politik cukup mendukung bagi dunia usaha untuk berbisnis.
Tahun ini Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen. Dia melihat, Pemerintah sudah memiliki arah yang benar untuk mendorong laju ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik, dengan didukung berbagai paket kebijakan ekonomi di sektor properti.
Misalnya, Paket Kebijakan Ekonomi (PKE), Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) serta pembangunan sektor infrastruktur yang menurutnya ke depan akan berdampak positif bagi pertumbuhan industri properti, termasuk hunian vertikal seperti apartement.
Di project apartemen, pihaknya menjadi pengembang apartemen Green Pramuka City, kawasan hunian superblok di kawasan Pramuka, Jakarta Pusat.
Untuk menarik minat konsumen hunian vertikal tahun depan, pihaknya masih akan mengedepankan nilai jual lokasi yang berada di kawasan trategis (tengah kota) dengan konsep one stop living.
Pihaknya saat ini memiliki ready stock unit apartemen sebanyak 1.000 unit yang bisa dipilih konsumen dengan skema pembelian cicilan 120 kali tanpa slip gaji dan dokumen yang rumit, angsuran ringan, uang muka mulai 10 persen serta gratis biaya pemeliharaan selama 1 tahun.
Pihaknya akan membantu proses pengurusan administrasi untuk setiap konsumen yang mengambil unit apartemen yang ditawarkan dengan harga mulai Rp 500 jutaan (tipe studio) per unit lengkap dengan furnishing kompak ini.
Jeffry menambahkan, untuk memasarkan unit apartemen tahun depan, pihaknya membidik konsumen kaluarga muda dan kaum muda (milenial) yang menginginkan kepraktisan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.