Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Investor Lokal Dominasi Kepemilikan Efek Rupiah

pasar saham nilai net sell asing masih tercampur dengan realisasi tax amanesty sehingga belum nampak besaran dari asing yang melakukan aksi jual

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Investor Lokal Dominasi Kepemilikan Efek Rupiah
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Pialang mengamati pergerakan indeks bursa saham di Mandiri Sekuritas Jakarta Selatan 

TRIBUNNEWS.COM,  JAKARTA - Data terbaru yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan, investor lokal mendominasi kepemilikan efek rupiah.

Sepanjang 2017 pemegang efek lokal mewakili 54,56% sementara pemegang efek asing sebesar 45,44% baik berupa  ekuitas, corporate bond, government bond, waran, MTN, dan beberapa bentuk efek lain.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menyatakan, secara alami asing berpotensi masuk ke suatu negara yang mengalami kenaikan rating utang.

Nah, sebelumnya, Indonesia mendapat kredit BBB dari sebelumnya BBB- dari Fitch Rating. Ini menjadi sentimen positif.

"Dari pasar saham hampir keluar Rp 30 trilun, tapi asing tidak benar-benar keluar dari kita karena mereka pindah ke pasar surat utang," terang Hans, belum lama ini.

Dari pasar saham nilai net sell asing masih tercampur dengan realisasi tax amanesty sehingga belum nampak besaran dari asing yang melakukan aksi jual.

Baca: Delapan Saham Rekomendasi Bahana Sekuritas di Tahun 2018

BERITA REKOMENDASI

"Tax amnesty itu sukses kalau lokalnya berubah jadi 60%-70% dan asingnya turun jadi 40%-30%. Tax amnesty tak terlalu berhasil menarik dana orang indonesia ke dalam negeri," katanya.

Tapi dia masih optimistis, bila ke depan Indonesia masih memiliki sentimen positif yang bisa menarik investor asing.

Hal itu terlihat dari menguatnya mata uang rupiah.

Selain itu, data ekonomi Amerika Serikat juga tidak terlalu bagus. Rencana pemotongan pajak perusahaan ini juga membuat belanja Amerika Serikat menjadi tertahan.

Hal itu bisa membuat inflasi AS tidak terlalu tinggi. Ini berpeluang kenaikan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) pada tahun ini menjadi lambat. Dia memprediksi, FFR akan naik dua kali pada tahun ini.


"Ini jadi sentimen positif dan dana asing bisa bergerak masuk ke Indonesia," terang Hans.

Setelah Fitch Rating, Hans menyatakan akan ada lembaga pemberi peringkat lain yang akan menilai Indonesia.

Termasuk di antaranya merupakan lembaga asal Jepang. Bila global masih menilai positif, bukan tidak mungkin pada 2018 Indonesia masih akan menjadi tujuan investasi. (Kontan/Dede Suprayitno)
 
 

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas