Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Rentan Tertekan ke Level Rp 14.000 per Dolar AS

Analis Senior Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada tidak menampik, laju rupiah bisa menyentuh level Rp 14.000 per dolar AS.

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Rupiah Rentan Tertekan ke Level Rp 14.000 per Dolar AS
KONTAN
Aktivitas penukaran uang asing di money changer PT Ayu Masagung, Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kian menunjukan pelemahannya. 

Melansir Bloomberg, mata uang garuda pagi ini loyo ke level Rp 13.762 per dolar AS. 

Berdasarkan kurs Jisdor Bank Indonesia, rupiah berada di posisi Rp 13.793 per dolar AS. Sementara itu, pada penutupan perdagangan kemarin, mata uang garuda berada di level Rp 13.751 per dolar AS. 

Analis Senior Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada tidak menampik, laju rupiah bisa menyentuh level Rp 14.000 per dolar AS. 

Dia mengatakan, laju dolar AS yang kembali menguat seiring sikap pelaku pasar terhadap testimoni The Fed di hadapan Kongres membuat laju rupiah kembali melanjutkan pelemahannya. 

"Kemungkinan (pelemahan) itu bisa saja, kalo tidak ada sentimen yang dapat menahan pelemahan rupiah," ungkap Reza saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (1/3/2018). 

Berita Rekomendasi

Reza menilai, The Fed menyampaikan optimismenya terhadap pemulihan ekonomi AS sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi dari sisi moneter untuk mencegah overheating ekonomi yaitu melalui penyesuaian tingkat suku bunga. 

Sementara itu, kata dia minimnya sentimen positif dari dalam negeri menjelang rilis inflasi pada Februari 2018 membuat ketahanan rupiah kian rentan.

“Di sisi lain antisipasi terhadap rilis inflasi membuat pelaku pasar menahan diri terhadap rupiah dan cenderung memilih dolar AS,”  terangnya. 

Reza menambahkan, pergerakan rupiah diestimasikan akan berpeluang kembali melanjutkan pelemahannya seiring masih meningkatnya permintaan akan dolar AS. 

Imbas Sentimen Global 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun angkat bicara terkait kondisi rupiah yang cenderung melemah tersebut. Dia menilai, melemahnya rupiah imbas dari pergerakan ekonomi global yang dinamis. 

Baca: Pameran Kendaraan Komersial GIICOMVEC 2018 Resmi Dibuka Pagi Ini

“Kita melihat bahwa saat ini seperti yang dikatakan bahwa ekonomi akan mengalami dinamika yang akan terus menerus kita perlu untuk pantau dan kita jaga,” kata Sri di Jakarta, Selasa (28/2/2018). 

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi karena adanya sentimen global, salah satunya adalah perubahan kebijakan di Amerika Serikat terkait moneter, fiskal maupun kebijakan perdagangan yang juga memberi dampak bagi Indonesia.  

“Itu semua akan menentukan apa yang disebut pertama sentimen dan kedua juga pergerakan jadi volatilitas,” jelas Ani. 

Namun demikian, kata dia, dari sisi rupiah selama ini nilai tukarnya selalu kompetitif, bahkan saat bank sentral AS Federal Reserve menaikkan suku bunga pada tahun 2016 dan 2017, laju rupiah tetap stabil.  

“Yang paling penting adalah untuk menggambarkan rupiah kita adalah nilai rukar rupiah yang fleksibel, tidak menimbulkan daya kompetitif yang tererosi karena nilai tukar itu sendiri,” tukasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas