Holding Migas Terbentuk, PGAS Jadi Pilihan Menarik
Nafan Aji Gusta menilai, adanya kenaikan peringkat utang saham PGAS secara psikologis memberikan dampak positif bagi perseroan.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Holding Badan Usaha Milik Negara Migas resmi terbentuk pada 11 April 2018 setelah Menteri BUMN meneken akta pengalihan saham seri B milik pemerintah sebesar 56,96 persen di PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) kepada PT Pertamina.
Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masih mendapat sentimen positif. Indikasinya, sejak awal tahun hingga hari secara year to date, harga saham emiten distributor gas pelat merah ini sudah melonjak sampai 31,43 persen.
Selain itu, lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service belum lama ini menaikkan peringkat utang PGAS dari Baa3 ke Baa2 serta merevisi outlook dari positif menjadi stabil.
Wakil Presiden dan Analis Senior Moody’s Abhishek Tyagi mengatakan peningkatan peringkat emiten dengan kode saham PGAS ini mencerminkan posisi terdepan perusahaan di sektor transmisi dan distribusi gas Indonesia.
“Harapan kami bahwa PGN akan terus menerima dukungan dari Pemerintah Indonesia, yang mungkin melalui Pertamina," katanya dalam keterangan pers, Minggu (15/4/2018).
Pada penutupan perdagangan pekan lalu, saham PGAS tercatat mengalami koreksi ke level 2.310 per saham. Namun, per hari ini, saham PGAS kembali dibuka menguat ke level 2.330 per lembarnya.
Prospek PGAS
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, adanya kenaikan peringkat utang saham PGAS secara psikologis memberikan dampak positif bagi perseroan.
“PGAS juga dinaikkan rating peringkat utang dari Baa3 ke Baa2, dengan outlook stabil oleh Moody's, menandakan bahwa kinerja fundamental emiten PGAS dipandang kredibel,” kata Nafan, saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (16/4/2018).
Nafan memprediksi, prospek jika harga saham PGAS berhasil menembus dan bertahan di atas level 2500 hingga 2550, maka dalam jangka panjang akan menuju ke level 3.780.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi dalam risetnya menjelaskan, secara teknikal, saham PGAS bergerak tertahan pada level resistance bearish trend line dan break out MA20.
“Indikasi jangka pendek masih cukup negatif menguji support bullish trend hingga di level 2.200,” kata Nafi.
Dia memprediksi, pergerakan saham PGAS akan bergerak di kisaran 2.200 dan resisten 2.350 per saham.
Sementara itu, Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere berpendapat, secara teknikal, saham PGAS akan berkisar di posisi 2.120 hingga 2.490 per saham.
“Apabila dapat melampaui 2.490, bisa lebih lanjut ke 2.860,” pungkas Nico.