Manfaatkan Momentum Pelemahan Rupiah, Semen Baturaja Ekspor Klinker ke Australia
Direktur Utama SMBR Rahmad Pribadi menyatakan, ini merupakan kali pertama perseroan mengekspor klinker.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akhir-akhir ini telah menembus level psikologis Rp 14.000 per dolar AS.
Pelaku industri di Indonesia berusaha meresponnya.
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) memanfaatkan pelemahan rupiah dengan mengekspor semen setengah jadi atau klinker ke Australia.
Direktur Utama SMBR Rahmad Pribadi menyatakan, ini merupakan kali pertama perseroan mengekspor klinker.
“Saya pikir saat ini adalah momentum yang paling tepat untuk memulai ekspor, termasuk ekspor klinker yang baru saja kami lakukan,” ujarnya, dalam keterangan pers, Kamis (10/5/2018).
Rahmad menjelaskan, seiring melemahnya rupiah justru dapat menguntungkan bagi eskportir karena transaksinya menggunakan komponen dolar AS.
Baca: Ketika 150 Nasi Bungkus Jadi Alat Negosiasi Rusuh Mako Brimob, Begini Faktanya
Hal ini juga sekaligus meningkatkan ekspor Indonesia ke negara lain, sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan pertama 2018, pertumbuhan ekspor Indonesia masih di angka 6 persen, lebih rendah dari pertumbuhan impornya di angka 12 persen.
Baca: Pengalaman Mengemudikan Isuzu Traga di Rute Jakarta-Cisarua, Seperti Ini Sensasinya
Rahmad mengemukakan, pada ekspor perdana kali ini, perseroan melakukan uji pengiriman atau trial cargo dengan volume sebesar 30 ribu metrik ton dengan nilai sekitar 1 juta dolar AS.
“Apabila trial cargo berhasil dengan baik, akan diikuti dengan kontrak jangka panjang,” katanya.
Pada ekspor perdana kali ini, PT Sucofindo (Persero) ditunjuk Semen Baturaja sebagai surveyor yang melakukan pengambilan sampling dan analisis klinker yang akan diekspor baik pra-muat maupun saat memuat.
Sementara PT Pelindo II (Persero) cabang Panjang, Lampung, bertindak sebagai jasa stevedoring dan trucking di Pelabuhan Panjang.