Pelemahan Rupiah dan Kebijakan Pengetatan Suku Bunga Bisa Memicu Melemahnya Sektor Ritel
Penyebabnya, beberapa hal. "Mulai dari dampak pengetatan suku bunga BI hingga dampak dari pelemahan kurs rupiah yang mulai terasa," kata Pieter
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Adinda Ade Mustami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah penjualan eceran mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi di Mei dan sedikit melambat di Juni, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, penjualan eceran pada tiga bulan mendatang, yaitu Agustus 2018 menurun secara tahunan.
Penurunan penjualan eceran, diperkirakan berlanjut pada November 2018 mendatang.
Hal itu tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Agustus yang sebesar 140,2. Angka itu turun tipis 0,57% year on year (YoY). Sementara itu, IEP November mendatang tercatat 140,7, turun 6,82% YoY.
Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Pieter Abdullah juga memproyeksi, ekspektasi penjualan eceran yang menurun sejalan dengan proyeksi konsumsi rumah tangga di semester kedua atau di kuartal ketiga dan keempat tahun ini yang melambat.
Penyebabnya, beberapa hal. "Mulai dari dampak pengetatan suku bunga BI hingga dampak dari pelemahan kurs rupiah yang mulai terasa," kata Pieter kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7/2018).
Menurut Pieter, pelemahan rupiah yang terjadi sudah cukup lama. Hal itu mau tidak mau akan mendorong pengusaha untuk menyesuaikan harga, khususnya yang bahan bakunya berasal dari impor.
Jika hal itu terjadi, maka harga barang-barang di kuartal ketiga dan keempat tahun ini akan naik.
Baca: Hutama Karya Angkat Tangan di Kelanjutan Proyek Tol Sumatera Jika Tak Ada Tambahan Dana
Karena itu, penjualan eceran yang meningkat di kuartal kedua tahun ini akan mengompensasi pertumbuhan penjualan eceran di kuartal pertama yang kenaikannya tipis dan perlambatan pertumbuhan penjualan eceran di kuartal ketiga dan keempat nanti.
Baca: Perempuan Penakut di Film Sebelum Iblis Menjemput
Makanya Pieter memproyeksi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal kedua tahun ini sekitar 5,05% YoY, sedikit lebih tinggi dari kuartal pertama 2018 yang sebesar 4,95% YoY.
Tapi sepanjang tahun, konsumsi rumah tangga diperkirakan hanya akan ada sedikit di atas 5% YoY.
"Konsumsi saya lihat belum cukup mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini," tandasnya. Pieter memproyeksi, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 hanya akan mencapai angka 5,1% YoY.