Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS Mengerek Harga Jual Tahu dan Tempe
“Pokoknya basic-nya naik dari Rp 7.000 naik ke Rp 7.100. Kalau sepekan kira-kira, sebelumnya sempat harganya Rp 6.950, Rp 6.900, Rp 7.000, Rp 7.050"
Editor: Choirul Arifin
“Kalau (harga) di pasar itu tergantung jaraknya, bisa sekitar Rp 7.300, Rp 7.400 atau Rp 7.500 tergantung jauh dekatnya. Misalnya kalau di Banten karena dekat pelabuhan itu lebih murah, di Jakarta itu lebih mahal sedikit, di Bandung lebih mahal lagi. Jadi tidak bisa saya menyebutkan patinya harga di pasar,” ungkapnya.
Secara rinci Aip menyebut bahwa dalam 1 kg kedelai, perajin mampu membuat 2 kg tempe. Untuk 200 gram tempe jadi dapat dipotong menjadi 10 tempe, sehingga jika pengrajin membuat satu kilo kedelai, maka hasil produksi tempe adalah 100 potong.
Untuk mengatasi kenaikan harga, maka perajin akan menipiskan potongan tempenya untuk dijual.
“Jadi kenaikannya itu sangat sedikit sekali, makanya salah satu akalnya ditipisan (potongannya). Itu supaya harga tetap dan tidak naik,” ungkapnya.
Hingga akhir tahun Aip memprediksikan tidak ada kecenderungan kenaikan harga kedelai, bahkan menurutnya tren akan menurun.
Hal ini karena di kuartal III AS sedang panen kedelai. Namun, lagi-lagi impor kedelai juga dipastikan terdampak pada kurs rupiah.
“Tergantung dollarnya. Tapi kalau sampai akhir tahun kelihatannya prediksi saya tidak naik, malah mungkin akan turun lagi. Karena di AS itu lagi panen, September, Oktober, November dan Desember,” tegasnya.
Untuk prediksi penurunan harga komoditi kedelai hingga akhir tahun 2018 adalah Rp 6.700 hingga Rp. 6.750. Meski demikian untuk pasokan kedelai impor, Yus’an memastikan stok mencukupi hingga akhir tahun.
“Impor ada terus, kami siapkan stok terus sesuai kebutuhan perajin. Kalau untuk harganya saya belum koordinasi dengan pengusaha lain,” tegasnya.