Dibayangi Kenaikan Harga Minyak Dunia, Rupiah Kian Meradang
Bloomberg mengestimasi, laju Rupiah hari ini akan bergerak di level Rp 15.223 hingga Rp 15.267 per dolar AS.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kian melemah. Pada perdagangan Kamis siang (11/10/2018), kurs terdepresiasi 12,64 persen ke level Rp 15.266 per dolar AS.
Bloomberg mengestimasi, laju Rupiah hari ini akan bergerak di level Rp 15.223 hingga Rp 15.267 per dolar AS.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mencatat, hari ini, Rupiah melemah ke posisi Rp 15.253 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.215 per dolar AS.
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada menilai, pelemahan kurs Rupiah masih terdampak sentimen kenaikan harga minyak dunia yang menembus level 80 dolar AS per barrel.
“Harga minyak mentah naik, ketika AS ingin menguasai sejumlah ladang minyak di Timur Tengah, makin membuat peta persainagn perusahan minyak sangat sengit, sehingga harga dolar AS juga ikut naik,” kata Reza, kepada Tribunnews.com, Rabu (10/10/2018).
Reza menuturkan, adanya anggapan dengan naiknya harga minyak akan turut berdampak pada melebarnya defisit transaksi berjalan karena adanya subsidi migas, apalagi, Indonesia sebagai negara pengimpor minyak.
Seperti diketahui, berdasarkan data Data Badan Pusat Statistik impor migas pada Januari hingga Agustus mencapai 19,77 miliar dolar AS atau melonjak 28,29 persen dibanding tahun lalu 15,41 miliar dolar AS.
“Itu yang akhirnya membuat nilai tukar Rupiah tertekan,” ujarnya.
Selain itu, yang menjadi sentimen negatif pelemahan kurs Rupiah adalah seiring rencana bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang berencana kembali menaikkan tingkat suku bunga acuannya. “The Fed menginginkan suku bunga dinaikkan, karena mereka merasa yakin ekonomi Amerika akan baik,” tuturnya