MER-C: PLN Lelet Tangani Pemulihan Aliran Listrik di Palu, Donggala dan Sigi
Gempa bumi dan tsunami mengguncang wilayah Palu, Donggal, Sigi Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga kemanusiaan Mer-C menilai pemulihan pasokan listrik di lokasi bencana seperti Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, Sulawesi Tengah, terhitung lamban ditangani.
Yogi prabowo relawan medis MERC yang juga berprofesi sebagai dokter ortopedi ini mengatakan, sampai hari ini listrik yang masuk masih 90 persen.
"Pemulihan listrik agak lamban, sampai hari ini pun masih 90 persen pemulihan tapi belum semua 100 persen," kata Yogi dalam konferensi pers di kantor Mer-C, Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Jumat (12/10/2018).
Ia mengatakan selama bertugas sebagai relawan kesehatan selama seminggu di rumah sakit Sis-Al Jufrie, pelayanan kesehatan tersebut masih menggunakan genset.
Ia menyebut rumah sakit itu menjadi satu dari dua sakit yang aktif beroperasi di Palu, pasca bencana yang mengakibatkan lebih dari 2.000 orang meninggal dunia.
Baca: Dibuka Dengan Indonesia Raya, Emak-emak Deklarasikan Dukungan Untuk Paslon Prabowo-Sandi
"Artinya termasuk RS Al-Jufri masih menggunakan genset," tutur dia.
Selain persoalan pemulihan listrik, Mer-C mengatakan kebutuhan lain yang diperlukan adalah air bersih dan keamanan.
Baca: Dibangun 780 Unit dengan 4 Tower, Ini Harga dan Angsuran Rumah DP 0 Rupiah Klapa Village
Tiga kebutuhan ini juga kata Yogi, seharusnya menjadi prioritas dan perhatian khusus, sejak awal bencana.
"Satu listrik, kedua air bersih air minum, kemudian keamanan. Tiga inilah yang perlu diberikan di awal, setelah itu kesehatan medis dll, supaya kami bisa kerja, dokter masuk dijarah," terang Yogi.
Gempa bumi dan tsunami mengguncang wilayah Palu, Donggal, Sigi Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu.
Dengan gempa berkekuatan 7,4 magnitudo dan tinggi tsunami 11,3 meter, Palu, Donggala dan Sigi porak poranda.
BNPB menyebutkan, korban meninggal dunia mencapai 2.840 orang, dengan kerusakan terparah terjadi di Balaroa dan Petobo.