Perang Dagang, Bank Mandiri Optimistis Kredit Tetap Tumbuh Double Digit
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memprediksi pertumbuhan kredit tahun depan tidak akan sekinclong di tahun ini.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memprediksi pertumbuhan kredit tahun depan tidak akan sekinclong di tahun ini.
Perseroan mematok pertumbuhan kredit 11,5 persen di 2019 secara tahunan dari 13 persen di 2018 lantaran meningkatnya ketegangan perang dagang dan tekanan nilai tukar di pasar keuangan.
Meningkatnya eskalasi ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan sejumlah negara maju akan diprediksi akan membuat ekspansi bisnis terhambat dan menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
Selain itu, adanya kelanjutan normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuannya juga menjadi pertimbangan perseroan menetapkan target pertumbuhan kredit di tahun depan.
Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rohan Hafas, menyampaikan, pihaknya belum tentu akan merevisi pertumbuhan kredit di tahun depan, sebab dari sisi indikator perekonomian dalam negeri seperti membaiknya harga komoditas seperti sawit, karet sudah mulai terlihat pada triwulan ketiga tahun ini.
“Kita sudah siap-siap berhitung kembali, siap-siap ya saya katakan, tapi untuk mengeksekusi itu menjadi revisi, rasanya ada faktor lain yang harus kita tunggu, karena tanda-tanda sekarang,” kata Rohan Hafas saat berbincang-bincang dengan Tribunnews.com di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Hingga triwulan III-2018, Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp 18,1 triliun. Angka tersebut naik 20 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kenaikan laba bersih perseroan ditopang oleh meningkatnya net interest income sebesar 4,2 persen menjadi Rp 40,5 triliun dan fee based income sebesar sebesar 11,4 persen menjadi Rp 18,75 triliun.
Untuk tahun depan, sumber laba Bank Mandiri masih akan ditopang pendapatan bunga (net interest income), pendapatan berbasis komisi (fee based income) dan pendapatan investasi seperti obligasi negara.
Rohan optimistis, di tahun depan, kendati ada sejumlah tantangan, pertumbuhan kredit bisa tumbuh dua digit.
“Permintaan kredit mobil, kredit motor, atau supplier dump truck untuk angkut barang misalkan, karena harga batubara mulai bagus, ini beroperasi lagi full speed. Jadi, ada push factor dan pull factor, di dua sisi. Jadi saya sih optimis ga revisi. Tetap kencang,” tandasnya.