Minat Investasi Reksa Dana Masih Tinggi
Kenaikan NAB ditopangpertumbuhan Unit Penyertaan (UP) yang tercatat tumbuh menjadi R374 miliar unit dari posisi tahun lalu Rp 324 miliar
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minat investasi Reksa Dana masyarakat diprediksi masih cukup baik sehingga berpotensi menaikkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana hingga akhir 2018 tahun ini di atas Rp500 triliun.
Berdasarkan data Statistik Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 26 Oktober, NAB Industri Reksa Dana di luar Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) sudah menembus Rp495 triliun atau naik 8% dibandingkan dengan akhir tahun 2017.
Kenaikan NAB tersebut antara lain ditopang dengan pertumbuhan Unit Penyertaan (UP) yang tercatat tumbuh menjadi 374 miliar unit dari posisi tahun lalu yang sebesar 324 miliar.
Tahun 2018 ini, data OJK mencatat, NAB Reksa Dana sempat menyentuh angka tertinggi Rp507,5 triliun pada April, tapi kemudian turun seiring penurunan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) serta kenaikan suku bunga acuan.
Direktur Utama PT Danareksa Investment Management, Marsangap P Tamba mengatakan secara year to date hingga Oktober, IHSG masih tertekan sekitar 8 persen di tengah depresiasi nilai tukar rupiah dan aksi jual investor asing.
Namun sejumlah sentimen positif seperti kondisi makroekonomi yang terjaga akan membawa angin segar bagi pasar modal.
Baca: Pilihan Reksa Dana yang Cocok di Saat Suku Bunga Acuan Naik
“Optimisme Investor atas perekonomian Indonesia akan mendorong nilai NAB kembali naik. Dana kelolaan masih bisa didorong karena tiap bulan, investor masih masuk ke Reksa Dana,” katanya di Jakarta, Senin (19/11/2018).
Marsangap menilai, Reksa Dana berbasis saham termasuk ETF dan Indeks masih akan menjadi kontributor utama kenaikan dana kelolaan sampai akhir tahun.
Selain itu, Reksa Dana Terproteksi juga berkontribusi pada kenaikan NAB di tengah kenaikan tren suku bunga acuan.
Marsangap mengatakan, kondisi pasar modal Indonesia masih akan diterpa sejumlah sentimen baik domestik maupun global.
Dari domestik, Bank Indonesia, dalam Rapat Dewan Gubernur pada 16 November kembali menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate di level 6%.
Keputusan ini dinilai konsisten dengan upaya BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik di tengah tingginya ketidakpastian global.
Baca: Danareksa Investment Management Targetkan Pengelolaan Dana Capai Rp 35 Triliun
Per awal November lalu, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 telah dirilis yang tercatat tumbuh sebesar 5,17% YoY.
Meskipun tidak sebaik kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi di atas 5% patut diapresiasi di tengah pelemahan rupiah serta perekonomian global yang menunjukkan perlambatan.
Untuk CAD, pada kuartal IV ini diharapkan dapat membaik didukung inisiasi Pemerintah dan Bank Indonesia untuk menahan aktivitas impor, sehingga perbaikan tersebut diharapkan dapat memberikan penguatan atas nilai tukar rupiah lebih lanjut.
Sentiment luar negeri masih bersumber dari kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed pada akhir tahun serta perang dagang yang masih berpotensi menimbulkan fluktuasi pasar secara global.
Dengan dinamisme pasar yang berkembang setiap saat serta optimisme Investor akan pasar modal Indonesia, masyarakat pemodal Indonesia khususnya Reksa Dana kini terlihat menjadi lebih teredukasi dalam menghadapi berbagai fluktuasi yang antara lain terlihat pada pertumbuhan Unit Penyertaan. Perkembangan teknologi dan visi jangka panjang yang lebih fokus pada aspek fundamental akan mendukung pertumbuhan dan perluasan pasar Reksa Dana.
"Mencermati kondisi yang ada, Investor kini semakin cerdas dalam memanfaatkan momen berinvestasi dan menyadari peluang berinvestasi tetap terbuka dalam berbagai kondisi dan dengan adanya berbagai jenis Reksa Dana diharapkan dapat mengakomodir peluang tersebut,” katanya.