Rupiah Tertekan Kelanjutan Negosiasi Dagang AS-China dan Efek Neraca Transaksi Berjalan
Kurs rupiah di pasar spot terkoreksi 0,57% ke level Rp 14.034 per dollar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (11/2).
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurs rupiah di pasar spot terkoreksi 0,57% ke level Rp 14.034 per dollar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (11/2).
Di saat yang sama, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia melemah tipis 0,02% ke level Rp 13.995 per dollar AS.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, neraca transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) yang kurang memuaskan cukup mempengaruhi arah rupiah di awal pekan ini.
Lebih lanjut, saat ini para pelaku pasar juga dalam posisi enggan mengambil risiko terhadap aset-aset di negara emerging market.
Hal ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa kesepakatan dalam perundingan dagang AS dan China belum tentu tercapai sebelum batas waktu gencatan senjata pada 1 Maret nanti.
Jika tidak ada kesepakatan, ada potensi AS akan kembali menerapkan tarif impor yang tinggi terhadap produk-produk China. Begitu pula sebaliknya.
Baca: Motor Listrik Yamaha Bahkan Bisa Ungguli Honda PCX Electric, Bisa Melaju 100 Km/Jam
“Sentimen ini bisa meredupkan lagi optimisme para pelaku pasar,” ujar Deddy, hari ini.
Sentimen-sentimen yang ada pada hari ini diprediksi akan kembali mempengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan besok.
Namun, rupiah tetap memiliki potensi penguatan walau secara terbatas. Hal tersebut didorong oleh hasil data penjualan eceran Indonesia di bulan Desember yang tumbuh 7,7% (yoy).
Menurut perhitungan Deddy, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.940—Rp 14.000 per dollar AS pada perdagangan Selasa (11/2).
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Rupiah tertekan kelanjutan negosiasi dagang AS-China dan efek CAD