Chinese Money Trap, Waspadai Jebakan Utang dari China untuk Pembangunan Infrastruktur
Negara yang bangkrut seperti Zimbabwe yang memiliki utang sebesar 40 juta dollar AS kepada China.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini China merupakan negara pemberi utang ke negara lain. Sebagai negara pemberi utang, China mempunyai sistem utang dan pembayaran yang diterapkan oleh Pemerintah China.
Negara mengambil utang ke China pada umumnya untuk pembangunan infrastruktur. Negara yang meminjam dana ke China antara lain Jepang, Korea Selatan, Angola, Zimbabwe, Nigeria, Sri Lanka. Termasuk Indonesia.
Akan tetapi, ada beberapa negara yang berutang ke China untuk membangun infrastruktur tidak bisa bayar, bahkan ada yang bangkrut.
Negara yang bangkrut seperti Zimbabwe yang memiliki utang sebesar 40 juta dollar AS kepada China. Namun Zimbabwe tak mampu membayarkan utangnya kepada China.
Harga yang harus dibayar oleh Zimbabwe adalah mengganti mata uangnya menjadi yuan sebagai imbalan penghapusan utang.
Penggantian mata uang itu berlaku sejak 1 Januari 2016, setelah Zimbabwe tidak mampu membayar utang jatuh tempo pada akhir Desember 2015.
Kemudian, Nigeria yang disebabkan oleh model pembiayaan melalui utang yang disertai perjanjian merugikan negara penerima pinjaman dalam jangka panjang.
Dalam hal ini China mensyaratkan penggunaan bahan baku dan buruh kasar asal China untuk pembangunan infrastruktur di Negeria.
Sedangkan Sri Lanka yang juga tidak mampu membayarkan utang luar negerinya untuk pembangunan infrastruktur.
Dampaknya Sri Lanka sampai harus melepas Pelabuhan Hambatota sebesar Rp 1,1 triliun atau sebesar 70 persen sahamnya dijual kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China.
Sistem utang dan pembayaran yang diterapkan oleh Pemerintah China disebut dengan Chinese Money Trap.
Negara peminjam yang tidak bisa mengembalikan jumlah yang telah disepakati, sebagai gantinya negeranya akan "dikuasai" oleh China sebagai pemberi modal pembangunan.
Sementara besaran utang luar negeri yang dihadapi oleh Indonesia tengah menjadi perhatian. Salah satunya adalah utang luar negeri yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.
Baca: Saham Boeing Langsung Ambles Begitu Sejumlah Negara Eropa Larang Terbangkan 737 Max Series
Peneliti di Institute dor Fevelopment of Economics and Finance (INDEF), Rizal Taufikurahman, mengatakan, ada beberapa negara yang telah menggunakan skema utang dalam membiayai pembangunan infrastruktur, mulai dari Jepang, Korea Selatan, Angola, Zimbabwe, Nigeria, Sri Lanka.