Charoen Pokphand Indonesia Anggarkan Capital Expendecture Sebesar Rp 2,5 T di 2019
Peruntukan capex ini untuk mengembangkan usaha di berbagai divisi. Tapi, peruntukan yang paling besar itu ada untuk pada fasilitas pakan ternak.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN, anggota indeks Kompas100) menganggarkan capital expendecture (capex) alias belanja modal sebesar Rp 2,5 triliun di tahun 2019 ini.
Presiden Direktur CPIN Tjiu Thomas Effendy mengatakan, peruntukan capex ini untuk mengembangkan usaha di berbagai divisi.
Tapi, peruntukan yang paling besar itu ada untuk pada fasilitas pakan ternak.
"Dari capex 2018 kami perkirakan 50%-nya atau sekitar Rp 1,2 triliun akan kita pergunakan untuk pembangunan fasilitas produksi pakan," jelas dia saat public expose, Kamis (23/5/2019) dilansir Kontan.
Adapun fasilitas pakan ini berupa pabrik yang sebetulnya sudah mulai dikerjakan sejak tahun lalu dan diperkirakan akan selesai di kuartal III tahun ini dan sudah mulai beroperasi di Semarang dan Padang.
"Tapi untuk yang di Padang kemungkinan akan mulai lebih lambat, karena kita baru mulai pembangunannya di tahun ini," jelas Thomas.
Dengan, adanya pabrik baru ini maka. Kapasitas produksi pakan ternak CPIN akan naik menjadi 6,5-7 juta ton per tahun dari sebelumnya hanya 5,5 juta ton per tahun.
Kemudian, alokasi capex lain yakni sekitar 25% sekitar 600 miliar digunakan untuk budidaya perunggasan. Lalu untuk bisnis divisi makanan, perusahaan mengalokasikan sekitar Rp 250 miliar untuk mengembangkan pabrik di Medan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Sementara untuk Rp 400 miliar lagi akan kita alokasikan rencana dan sedang dikerjakan adalah pabrik packaging," kata Thomas.
Tak hanya itu, dana Rp 400 miliar itu juga digunakan untuk melengkapi fasilitas silo.
Sebab, perusahaan menyadari sejak 2016 pemerintah telah melarang impor jagung. Sehingga, Thomas bilang, CPIN perlu mengantisipasi resiko dengan menampung jagung saat panen.
Sebagai informasi, silo CPIN saat ini memiliki daya tampung sekitar 370.000 ton, sementara yang sedang progres adalah 170.000 ton dan tambahan dari capex sekitar 200.000 ton.
"Sehingga totalnya ke depan kita akan memiliki data tampung sekitar 740.000 ton di seluruh Indonesia," sebut Thomas.