Program MERA untuk Selamatkan Hutan Mangrove Dapat Dukungan dari Perusahaan Swasta
MERA telah menjalin mitra dengan Asia Pulp & Paper (APP/Sinar Mas), Indofood Sukses Makmur, Chevron Pacific Indonesia
Penulis: Deodatus Pradipto
Namun, hutan mangrove di Indonesia kini dalam kondisi kritis.
Dalam tiga dekade terakhir, lebih dari 50% hutan mangrove di Indonesia hilang.
Sebagian besar akibat konversi lahan untuk budidaya perikanan dan pembangunan.
Hal ini juga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kerusakan hutan mangrove tercepat di dunia.
Padahal, Indonesia sebelumnya dikenal sebagai negara dengan lahan mangrove terbesar di dunia yang memiliki hutan mangrove seluas 3,556 juta ha (KLHK, 2019).
Namun, kini 33,55 persen atau 1,193 juta lahan mangrove di Indonesia dalam kondisi kritis.
Usaha penyelamatan dan pelestarian hutan mangrove ini pun menjadi salah satu tugas bersama bagi seluruh pihak, baik pemerintah, perusahaan BUMN dan swasta, maupun lembaga kemasyarakatan.
“Dalam acara ini kami mengingatkan pentingnya mangrove untuk kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di daerah pesisir. Namun, untuk melestarikan dan menjaga keberlangsungan tanaman mangrove, YKAN tidak dapat bergerak sendiri dan membutuhkan bantuan dari pihak lain," ujar Ketua Yayasan Konservasi Alam Nusantara Rizal Algamar, di Jakarta, Kamis (23/5/2019).
"Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah menunjukan kepeduliannya dan konsisten mendukung program konservasi hutan mangrove dengan cara bergabung dalam MERA,” lanjut dia.
Head of Corporate Communications Indofood Stefanus Indrayana mengatakan Indofood mendukung program MERA sebagai wujud kepedulian mereka terhadap lingkungan.
Indofood beberapa kali melakukan penanaman bibit mangrove di beberapa pantai di Jakarta.
Indofood memandang penting untuk menyelamatkan hutan mangrove terakhir di Jakarta dan melihat MERA memiliki program konservasi dan restorasi ekosistem yang terintergasi.
"Harapan kami, langkah kecil yang kami mulai ini akan menyelamatkan lingkungan demi masa depan generasi yang akan datang,” kata Stefanus.
Di Jakarta kini hanya tersisa sekitar 300 hektar hutan mangrove, yang berada di kawasan Angke Kapuk, Jakarta Utara.
Sebanyak 25 hektar berada di dalam area Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA).